Kamis, 22 Desember 2011

Salah (Cerbung bag.4)

Masih dengan handuk dikepalanya, Ify berjalan cepat dan segera meraih benda yang berdering kencang sejak tadi, benda yang entah sejak kapan dinamai handphone yang ia simpan di atas tempat tidurnya. Kedua ujung bibirnya tertarik ke atas saat ia melihat layar handphonenya itu.
Incoming Call
Shilla
“Inget juga ternyata sama sahabat lo ini?” sambil mengeringkan rambutnya, gadis itu menggoda Shilla, orang yang sedang menelfonnya ini. Ify terkekeh saat mendengar suara khan Shilla yang sedang mengendus sebal di balik telfonnya ini. Memang dua hari terakhir ini ia tak mendapat kabar dari Shilla. “haha.. elo kemana aja sih Shil?”
“Gue ada kok Fy. sebel banget nih sama jabatan gue jadi sekre pensi sekolah. Bikin gue pusing aja. Gak bisa nelfon elo deh”
“Elo jadi sekretaris ceritanya? Ya ampun Shilla siapa yang milih elo.. hahaha” ejeknya sambil tertawa. Tak bermaksud menjatuhkan. Namun Ify tau sejauh mana kemampuan Shilla, gadis yang gampang merasa bosan ini. Ya, walaupun gadis ini pintar bisa dibilang cerdas malah, tak sedikitpun ia mau dan berminat untuk berpartisipasi pada acara-acara model begitu.
“Jaihh.. ngeledek gue lo hah? Haha..”Shilla masih asyik tertawa. Sedangkah Ify merasa ada yang hilang darinya sejak percakapan ini dimulai. “Eh,, bukannya elo juga lagi punya acara ya? gimana kemah kekeluargaannya?” kemah kekeluargaan, ya acara yang ditanganinya sejak dua bulan terakhir ini.
“Jumat siang kita pergi ke lokasi. Eh Shil, kayaknya ada sesuatu yang gue lupain. Apa ya?” Ify mengerutkan keningnya, berusaha mengingat apa yang ia lupakan. Sejak pulang sekolah tadi, perasaannya tak tenang. Seolah ada yang hilang darinya. Entah itu apa, namun ia merasa sesuatu yang hilang itu sangat penting dan harus diingatnya.
“Lupa? Yamana gue tau. Elo yang lupa. Elo gak lupa negrjaun tugas kan?” Ify menggeleng. Walau ia tau Shilla tak akan melihat reaksinya ini, ia sangat yakin ia tak melupakan satupun tugas sekolahnya itu. “Kalau bukan tugas, elo ada janji kali? Sama kak Gabriel. udah dua hari ini kan elo gak cerita tentang dia sama gue” Ify kembali berfikir keras. Janji. Gabriel. dua kata yang mungkin menurutnya berhubungan dengan apa yang ia lupakan ini.
“Udah lah Shil. Mungkin gak penting juga, mangkannya gue gak inget” katanya menyerah dengan ingatannya yang tiba-tiba menghilang itu.
“Eh Fy, udah dulu ya.. udah jam empat nih. Gue ada janji takut kesorean byeee..” tiba-tiba saja sambungan telfonnya diputus sepihak oleh Shilla. Ify menurunkan handphoenya lalu melihat layar handphonenya itu.
“Ye.. gak jelas banget sih ni orang ck.” Ify mendecak sambil menggelengkan kepalanya. Dilanjutnyannya mengeringkan rambutnya itu dengan handuk yang masih bertenjer di puncak kepalanya. Setelah merasa cukup kering Ify meraih sisir di meja riasnya lalu menyisir rambutnya.
“Fy,, elo mau gue beliin apa? gue mau ke luar nih?” Ify mengerutkan kening lalu menoleh kea rah pintu kamarnya. Didapatinya Cakka berdiri di ambang pintu kamarnya sedang membetulkan jam tangan di tangan kanannya.
“tumben baik?” tanpa menjawab pertanyaan Cakka, Ify malah balik bertanya sambil sedikit tersenyum jahil lalu kembali memandang pantulan bayangannya di cermin sambil menyisir rambutnya.
“yee.. gue baik salah gue cuek salah. Mau lo apa sih?” Cakka masuk ke kamar Ify lalu duduk di tempat tidur ify, tepat di belakang Ify. “Cepet elo mau gue beliin apa? mumpung baik nih”
“Emang abang mau kemana?”
“banyak Tanya lo ya..” Ify hanya terkekeh melihat ekspresi kakaknya yang mulai sebal dengan kelakuannya. Cakka berdiri lalu melangkah beberapa langkah mengahampiri ify dan berdiri tepat di belakang gadis bitu sambil menaruh kedua tangannya di atas pundak Ify.
“Shilla minta anter gue ke toko kaset. Sekalian aja elo mau gue beliin apa? sebagai ucapan terima kasih gue buat semua bantuan elo” Ify tersenyum. Jadi Shilla janji dengan kakaknya toh? Pantas saja kakaknya ini rapih sekali.
“Ohh Shilla toh.. barusan dia telfon gue”
“Hah? Dia nanyain gue ga?”
“ENGGAK !! pede banget mau ditanyain. Hahahahaduhh..” Ify mengusap keplanya yang baru saja menjadi korban kekerasan Cakka. “Santai bang santai”
“Sorry sorry.. elo mau apa nih beneran? Gue mau pergi nih..”
“apa aja deh. Elo tau kan yang gue suka”
“ya udah.. gue pergi ya..”
***
Laki-laki itu masih sibuk menbolak balik kaset yang ada di tangannya. Kesibukannya menjadi ketua umum panitia Kemah kekeluargaan sekolahnya membuat ia membutuhkan sedikit hiburan. Ditambah dengan kegalauan hatinya semenjak ia mengetahui gadis yang memikat hatinya itu telah dimiliki orang lain.
“Jadi kakak minta Ify jadi pacar kakak? Trus ify mau?” Gabriel sedikit tersentak mendengar suara seorang perempuan yang mungkin kini berada di balik etalase kaset yang ada di hadapannya ini. Ify. apakah yang dimaksud perempuan itu Ify gadisnya, lebih tepatnya gadis yang berhasil mencuri hatinya? Dengan tajam telinganya mengikuti pembicaraan gadis itu.
“Iya. Untungnya si Ify mau. Gue jadi bebes deh dari cewek cewek aneh kayak si Sasya itu” terdengar gadis yang tadi memulai pembicaraan tertawa. Sepertinya ia kenal suara yang baru saja bicara. Suara laki-laki ini terasa tak asing untuknya.
“gimana cara elo nembak dia? Lucu banget deh kayaknya. Gue pengen liat”
“ya biasa aja. Gue bilang ‘fy, lo mau gak jadi cewek gue?’ gitu aja. Si Ify sempet kaget awalnya. Tapi kayaknya sekarang di juga suka kok. Hahaha..”Gabriel melangkah mendekati ujung etalase kaset di depannya ini. Ia sedikit mengintip, meyakinkan suara laki-laki yang sudah sangat ia hapal itu.
“Cakka..”gumamnya pelan. Dugaannya benar, suara itu benar suara cakka. Dilihatnya cakka tak sendiri disana. Ada seorang gadis yang tak kalah cantik dibandingkan Ify yang tak ia kenal. Siapa dia? Gabriel mendekat. Tentunya tanpa membuat cakka sadar akan kedatangannya.
“ini aja deh kak. Kakak juga mau beli makanan buat Ify kan?” mereka berjalan mendekati kasir, menjauhi Gabriel yang masih mencurigai dua orang itu.
“Sini kasetnya Shil. Sekalian sama yang ini ya mbak”
“Eh kak, gak usah.. gue bayar sendiri aja.”
“makasih mbak. Nih Shill kasetnya. Ke super market bentar ya.. entar ify marah gue gak beliin apa yang dia mau” mereka sangat terlihat akhab di mata Gabriel. metanya kembali terbelalak (apa coba?) kaget melihat tangan cakka merangkul gadis itu. sesuatu yang tak pernah cakka lakukan pada gadis manapun, kecuali Ify. sekali pun pada Agni, satu-satunya teman perempuan Cakka yang telah lama Gabriel kenal dekat dengan Cakka.
***
“bang, gue gak ikut ya? perasaan gue gak enak nih” Iffy memainkan tali tasnya. Perasaannya mulai tak karuan. Sepertinya ada yang tidak beres dengannya.
“Ahh.. lo gimana sih Fy. kemarin kan gue udah beliini elo magnum. Elo juga udah janji kan?”
“tapi bang..”
“udah cepet elo naik. Temen-temen gue udah pergi ni..” dengan perasaan yang masih tak karuan, Ify naik di boncengan motor kakanya itu.
Gak penting Fy. mangkannya elo gak inget
Tibalah mereka berdua di depan sebuah rumah minimalis milik keluarga sahabat Cakka. Sudah banyak terparkir motor-morot teman-teman Cakka yang juga di undang untuk hadir pada acara ini.
“bang, Cuma temen sekelas elo doing kan?” Cakka mengangguk. Lalu di gandenganya lengang adiknya itu untuk ikut masuk bersamanya. Ify sedikit tersenyum, walau perasaannya masih tak enak, berarti Gabriel juga ada di dalam.
“Wahh Cakka.. elo bawa siapa nih..” Alvin, sahabat Cakka yang berulang tahun itu menyambut kedatangan Cakka dan Ify. “Gue kira elo gak akan datang Kka. Elo kok mau sih Cakka aja kesini Fy?” Ify hanya tersenyum menanggapi kata-kata Alvin, sahabat Cakka sejak SMP itu.
“Abis abang maksa.. eh selamat ulang tahun ya kak” katanya sambil menjulurkan tangannya untuk memberikan selamat pada sahabat kakaknya itu.
“Thanks Fy.. masuk yu.. semuanya ada di belakang” tiga anak manusia itu pun melangkah masuk menuju taman belakang rumah Alvin.
“Kalian gabung aja. Gue ke dalem bentar” laki-laki bertubuh tinggi dengan kulit kuning langsat itu pun pergi meninggalkan Cakka dan Ify ditengah-tengah keramaian temen-temen Cakka (teman Alvin juga).
“gue ke kamar mandi bentar. Elo jangan kemana-mana” Ify hanya mengangguk. Kini dua laki-laki yang tadi mengapitnya itu meninggalkannya.
Ify menghampiri meja minuman yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Sesekali ia tersenyum menanggapi tingkah laku teman-teman Cakka yang aneh-aneh itu. Ify mengambil segelas lemon yang tersedia disana. Sambil sedikit tengok kanan kiri ia mencari keberadaan Gabriel.
“Kok gak aga kak Gabriel sih?” katanya dalam hati. Tiba-tiba tangan kokoh seorang laki-laki menyentuh pundaknya. Membuatnya terlonjak kaget.
“Eh, kakak..”katanya saat ia membalik tubuhnya. Bukan, bukan Gabriel yang ada di hadapannya sekarang, melainkan pria yang sedang berulang tahun. Alvin.
“Cakka mana fy?”
“Katanya ke kamar mandi”
“Elo cari siapa?”
“Eh..” Ify terkejut. Cari siapa? Kenapa Alvin tau ify sedang mencari seseorang? “Engg enggak cari siapa-siapa kok kak. Cuma aneh aja gak ada yang kenal. Hehe” jawabnya mencari alas an agar Alvin percaya.
“Elu kuper sih Fy.. yang elo kenal di kelas gue Cuma Cakka, gue, sama Gabriel. Mana Gabriel gak datang lagi” Ify mengerutkan dahi. Kak Gabriel gak datang? Tanyanya dalam hati.
“Lho? Bukannya semua temen-temen sekelas kakak di undang ya? kok kak Gabriel gak datang?”
“Tadi dia bilang sama gue, katanya gak bisa datang. Dia ada rapat akhir buat kemah Kekeluargaan itu” dan ya. Ify benar-benar terkejut. Rapat akhir kemah kekeluargaan. Ya., itulah yang ia lupakan. Mendadak ify panik.
“Rapat akhir kemah kekeluargaan?  Ya ampun kak, gue juga harusnya ada disana. Gue lupa..” segera ia meninggalkan Alvin yang masih bingung dengan prilaku adik sahabatnya ini. Ia segera mencari cakka. Memintanya untuk mengantarkannya kembali ke sekolah.
“Lho, Fy? elo kenapa?” cakka yang baru saja keluar dari kamar mandi pun heran melihat tingkah Ify yang terlihat seperti orang yang dikejar-kejar setan.
“Aduh abangg.. anterin gue ke sekolah  sekarang”
“Elo kenapa sih? Baru juga deteng ah..” tolak cakka, merasa aneh dengan sikap adiknya ini.
“gue lupa harus rapat akhir KK. Aduuuhhh.. telah nih gue” rengeknya sambil menarik lengan Cakka untuk segera meninggalkan rumah Alvin dan kembali ke sekolah.
“yehh.. elo gimana sih? Katanya gak ada acara? Elo ngerepotin tau gak” Ify tak ambil pusing dengan ocehan sang kakak yang menurutnya tak penting itu. dengan sekuat tenaga, Ify menyeret cakka menghampiri motornya.
“Elo kalo mau marah entaran deh. Sekarang anterin gue dulu..”
“iya, iya.. elo gak sabaran banget sih..”
“bukannya gak sabar. Sekarang rapatnya sama bu Novi. Abang tau kan dia galak..” dan akhirnya, dengan tergesa-gesa ify dan Cakka meninggalkan rumah Alvin.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar