Rabu, 13 Juni 2012

Salah (cerbung bag.14)

“Ify,, elo kenapa?” gadis itu sedikit menyibakan selimut yang menutupi sebagian wajahnya saat mendengar suara khas sahabatnya.

Shilla memegang dahi Ify dengan punggung tangannya. Walaupun Ify tersenyum padanya, tetap saja ia merasa menjadi sahabat yang paling tak berguna. Sahabat macam apa yang tak tahu sahabatnya sakit?


Sejak ia mulai menjauh dari Cakka, secara tidak langsung Shilla juga menjauh dari Ify. Shilla tak lagi menelfon Ify seperti biasanya., atau sekedar mempir saat Shilla akan diantar pulang oleh Cakka. Sampai akhirnya ia tau Ify sakit dari status salah satu jejaring sosialnya pribadi milik Ify.

“Gue gak papa kok Shil” seolah tau apa yang ada di benak Shilla, Ify segera memberi keterangan bahwa ia memang tak apa-apa dan tak perlu dikhawatirkan. Ify sedikit kecewa saat melihat Shilla yang datang. Bukan ia tak senang sahabatnya datang, hanya saja sejak tadi ia mengharapkan si pengirim bunga itu datang menjenguknya.

Shilla membantu Ify untuk duduk bersandar di tepi tempat tidurnya. Lalu ia duduk di tepi ranjang bersebelahan dengan kaki Ify.

“Kok elo jarang kesini sih Shil? Elo ada masalah sama abang gue?” Shilla terlonjak kaget. Biasanya, bila Shilla janrang menelfon seperti beberapa hari yang lalu, Shilla sedang kesal pada Cakka. Apakah perubahannya terlalu terlihat? Gadis itu segera menggeleng. Menyangkal apa yang sebenarnya terjadi.

“Enggak Fy. aneh-aneh aja lo. Eh ya.. ini gue tadi mampir minimarket dulu sebelum kesini. Gue simpen di sana aja ya?” melihat kresek putih yang di pegangnya sejak tadi, Shilla langsung saja mengubah topik pembicaraannya. Melihat Shilla mengangkat kresek putih itu tepat di depan matanya. Ify tersenyum senang.

“Thanks ya Shil..” Shilla pun hanya mengangguk kecil lalu segera beranjak menuju meja kecil di sebelah tempat tidur Ify.  Namun, ia mengurungkan nilatnya saat melihat setangkai mawar tergeletak disana. Ia malah menyimpan kresek itu di meja belajar Ify dan segera meraih mawar merah itu.

“Fy, dari kak Gabriel ya?” Ify segera menoleh. Dilihatnya Shilla sedang memandangi kertas yang tergantung di mawar itu. kali ini Ify yang tersenyum hambar.

“Pengennya sih gitu”

“Lho? Emangnya elo gak tau ini yang ngasih siapa?” Ify menggeleng.

“sebelum gue bangun, mawar itu udah ada di sana. Gue tanya mama, katanya dari seseorang yang siang ini bakalan dateng” Ify melirik jam kecil yang ada di sebelah tempat tidurnya. “Tapi ini udah sore Shil. Dari tadi, yang jengukin gue baru elo doang” katanya.

“Tapi gue yakin 100 persen kalau ini dari kak Gabriel” Shilla membawa mawar itu untuk duduk bersamanya di tepi tempat tidur Ify. “kak Gabriel itu perhatian banget ya?” Ify kembali tersenyum hambar. Andai Shilla tau apa yang terjadi, masihkah gadis itu yakin dengan prosentase angka  yang ia ucapkan tadi?

“kalau memang itu dari Gabriel. gue bakal seneng banget Shil. Tapi gue juga bakal jadi cewek paling tolol yang dengan mudahnya kecewain dia” Shilla mengangkat kepalanya lalu menatap Ify bingung. Tanpa diminta, Ify menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Mulai dari Gabriel yang salah paham, sampai pertemuannya dengan Sivia saat sedang bersama Alvin. Tak lupa ia ceritakan betapa terkejutnya ia saat mendapati Gabriel ada di rumahnya dan pergi begitu saja setelah melihatnya pulang.

“Ify—“

Shilla terdiam saat melihat siapa yang datang. Setelah beberapa detik matanya bertemu dengan laki-laki yang ada di ambang pintu kamar Ify, Shilla langsung membuang muka. Begitu pun dengan Cakka, laki-laki itu hanya bisa terdiam melihat Shilla membuang muka.

“Fy.. ada tamu di ruang tamu. Mau jenguk elo katanya”
“Oh oke. Nanti gue sama Shilla ke bawah” Cakka pun mengangguk, lalu segera meninggalkan kamar adiknya itu. Shilla menghela nafas. Hatinya memang tak bisa di bohongi. Saat ia memalingkan wajahnya saat mata Cakka menatap matanya, batinnya benar-benar tersiksa.

“Shil, anterin gue ke bawah yuk?” Shilla pun mengangguk. Lalu ia berdiri, membantu Ify berdiri dan mereka berjalan beriringan menuju ruang tamu.

Ify mulai menebak-nebak siapa yang datang. Melihat Cakka yang masih memakai seragam membuatnya memiliki sedikit harapan Gabriel lah pengirim mawar merah itu. ia baru ingat setiah hari senin sampai kamis kan kelas XI ada tambahan jam pelajaran untuk persiapan menghadapi Ujian Nasional.

“Eh Fy.. elo bisa jalan ke ruang tamu sendiri kan?” terpaksa Ify dan Shilla menghentikan langkahnya saat mereka kembali bertemu Cakka di ruang keluarga. Ify mengerutkan dahi.

“kenapa? Abang mau ngobrol sama Shilla?” Cakka menggeruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal, lalu mengangguk. Ify melirik ke  arah sahabatnya itu. Ify tersenyum jahil dan akhirnya mengangguk.

***

“Eh Fy.. gimana kedaan elo?” senyum di bibirnya pun seketika sirna saat melihat siapa yang datang. Bodoh sekali ia mengharapkan mawar merah itu dari Gabriel. Gabriel kan marah padanya. apa yang bisa ia harapkan dari Gabriel setelah ia mengecewakan laki-laki itu?

Akhirnya Ify duduk di depan Alvin lalu berusaha bersikap sebiasa mungkin.

“elo kenapa? Kok bisa sampe sakit?”

Ify tersenyum samar. “Gak papa kok kak. Mungkin Cuma kecapean. Besok juga sembuh”

“Tapi elo sakit bukan karna mirikin yang kemarin kan?” Ify mengerutkan kening. Yang kemarin? Yang mana? Apa Alvin mengetahui pertengkarannya dengan Gabriel? atau yang di maksud Alvin itu karena masalah antara dirinya, Alvin dan Sivia?

“Ehh.. maksud gue,,, elo gak mikirin tentang masalah kita sama Sivia kan?” seolah tau apa yang dipikirkan Ify, Alvin memperjelas pertanyaannya. Ify malah tersenyum miring. Karena kejadian itu ia jadi sakit? Kalau hanya itu, Ify pikir ia hanya tinggal menjelaskannya pada Sivia. Karena ia tahu, Sivia orang baik dan bukan pendendam.

“Enggak kok. Gue Cuma kecapean.. Oh ya kak...” Ify berpikir sejenak. Apa benar Alvin yang mengirimkannya mawar merah itu?  “Eee.. gue mau Tanya sesuatu..”

“Tanya apa?”

***

Gabriel masih asik melihat bunga bunga yang bermekaran di toko bunga langganan mamanya. Bibirnya langsung membentuk sebuah senyuman saat dilihatnya setangkai mawar berwarna antik di jajaran bunga mawar merah yang juga sedang bermekaran.

“Ini bunga beneran kan?” Tanya Gabriel. ia ingin memastika mawar ungu ini memang benar asli. Bukan bunga plastik atau bunga kertas.

“Ya asli lah Gab. Memang mawar ungu ini susah di cari.” Gabriel mengangguk-angguk. Membayangkan apakah Ify akan suka dengan mawa ungu itu. ia sedikit tersenyum, ingin segera memberikannya pada Ify dan meminta maaf padanya. “Buat cewek lo ya?”

“Eh.. emm kenapa?”

“Bunganya buat cewek lo?” Gabriel hanya tertawa kecil. Mengerti dengan bahasa tubuh yang Gabriel sampaikan, Rio, pemilik toko yang memang dekat dengannya pun ikut tersenyum. “Yang ungunya satu aja ya Yo. Terus sisanya yang merah aja” Rio pun mengangguk. Lalu ia segera menyuruh pegawainya untuk melayani pesanan Gabriel.

“Thanks ya Gab. Jangan bosen bosen elo beli bungan disini” Gabriel pun hanya mengangguk dan segera meninggalkan tempat itu. ia tak sabar memberikan buke bunga yang ada di tangannya.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar