Gabriel hanya tersenyum simpul saat punggung gadis itu menghilang di penglihatannya. Namun semua itu tak membuat rasa penasaran tak begitu saja hilang. Tumben sekali Ify mencari Cakka. Ada urusan apa mereka? Sepengetahuan Gabriel, Cakka dan Ify tak pernah sekalipun terlibat dalam urusan sekolah ataupun dalam kegiatan ekstrakurikuler. Yang ia tahu sebagai teman Cakka dan Ify, mereka mempunyai kegemaran yang sangat berbeda. Bahkan ia sendiri pun meragukan mereka saling mengenal. Bermodalkan rasa penasaran yang menghujani pikirannya, tanpa sepengetahuan Ify, Gabriel melangkah mengikuti Ify.
Ternyata memang benar gadis itu menuju tempat yang ia sebutkan tadi. Berarti Ify memang ada perlu dengan Cakka. Entah secara pribadi atau urusan lain yang mengharuskan Ify bertemu Cakka. Gabriel mendekat saat dilihatnya sosok gadis berambut panjang itu mesuk melewati pintu kaca koprasi sekolahnya itu.
Matanya menajam, keningnya berkerut saat melihat tangan cakka melingkar manis di pundak Ify dan Cakka merengkuhnya agar gadis itu makin mendekat ke arah Cakka. Memang Gabriel tak melihat mereka hanya berdua. Di depan Ify dan Cakka berdiri Sasya, gadis yang ia tau telah lama menyukai teman sekelasnya ini. Gabriel makin mendekat, namun tak berani menampakan dirinya. Berusaha mencuri dengar apa yang tiga anak manusia itu bicarakan.
“Dia siapa?”tendengar samar-samar suara Sasya terdengar dengan sedikit lirikan tak suka diberikan gadis itu pada Ify.
“Ify.. cewek gue” dan seketika Gabriel menganga. Matanya membulat tak percaya. Mengapa bisa? Cakka dan Ify memiliki hubungan sepesial? Sejak kapan? Bukankah mereka tak saling kenal? Apakah tak cukup untuk membuktikan ketertarikannya pada gadis itu dengan seluruh gerak-gerik dan segala perhatian yang ia berikan pada Ify selama ini?
Dengan tangan mengepal, kesal, Gabriel pergi meninggalkan Cakka dan Ify dengan senyumnya, dan juga meninggalkan Sasya yang juga sama terkejutnya seperti dirinya.
***
“Nah, gue gak bohong kan Sya. Ini bukan cuma alasan gue buat ngehindarin elo. Gue harus anter Ify pulang. Duluan ya Syaa..” tak percaya begitu saja dengan apa yang baru saja cakka katakan, Sasya menahan pergelangan cakka dan juga Ify. ia benar-benar perlu bukti Cakka adalah kekasih Ify.
“Lo harus buktiin dulu dia bener-bener cewek lo” Cakka mengendus sebal. Begitupun dengan Ify. apa sih maunya perempuan ini?
“Lo mau bukti apa?” Tanya cakka menantang. Cakka melirik Ify, dengan kedipan matanya, sedikit gerakan kepalanya, dan tak lupa senyumnya Cakka mengisyaratkan Ify untuk bergelanyut manja di lengannya. “udah lah Sya, gue mau pulang”
“Enggak. Pokoknya elo sama cewek ini harus buktiin kalian emang pacaran!” tetap keukeuh pada pendiriannya Sasya berjalan menghalangi pintu kaca tepat saat Cakka dan Ify akan keluar.
“Mau lo apa sih Sya? apa perlu gue cium dia di depan elo sekarang?” Ify melotot. Yang benar saja? Bagaimana bila kakak kelasnya ini menyetujui ide gila Cakka? Ify merinding sendiri. Ditariknya kemeja seragam sekolah Cakka. Dan sebalnya cakka hanya tersenyum kecil.
Tak mendengar sepatah kata pun yang keluar dari mulut gadis yang berdiri di depan pintu kaca itu, cakka mmemutar tubuh Ify menghadap kepadanya. Ify makin ngeri. Ia berusaha berontak. Namun apalah daya, tangan kokoh itu lebih kuat dibanding dirinya.
“Abang..” bisiknya sangat pelan. Cakka tersenyum.
“gak papa kok Fy..” Ify menggelengkan kepala saat salah satu tangan cakka mulai menyentuh dagunya. Dengan kedua tangannya Ify mendorong Cakka agar menjauh. Makin kuat Ify menggelang, makin kuat tangan cakka menahan bahunya.
BRAKK!!
Sontak dua pasang mata itupun menoleh kea rah sumber suara. Cakka tersenyum senang, lalu ia tertawa.
“Lo gila !!” Ify menepis tangan Cakka yang masih memagang dagunya. Tak peduli dengan Cakka yang masih enak tertawa, Ify keluar dari koprasi. Mengikuti langkah Sasya yang tadi sempat membanting pintu kaca itu. Untung pintu itu tak pecah.
“Ify,, tungguin gue. Hahaha..” masih sambil tertawa, cakka mengejar gadis cantik berambut panjang itu. Setelah berhasil menyamakan langkahnya dengan Ify, cakka merangkul gadis itu kembali.
“Elo bener-bener gila tau. Gimana kalo temen lo itu tadi gak pergi? Huh?” Cakka masih tertawa. Diusapnya pelan pucuk kepala Ify.
“Sorry Fy,, gue tau Sasya gak mungkin liat gue cium lo. Jadi gue berani nantang dia kayak tadi. Ehh,, tapi elo tepat banget datangnya, kalau enggak mungkin gue di untit Sasya sampe pulang”
“Bilang apa sama gue?”
“Makasih Ify sayang..” cakka kembali mengusap pelan puncak kepala Ify. meski sudah enam bulan mereka ada dalam sekolah yang sama. Tak pernah cakka dan Ify terlihat seakrab ini di sekolah. Ify pun hanya tersenyum. Kepuasan tersendiri untuknya membantu cakka. Salah satu orang yang sangat berarti di dalam hidupnya.
***
Ify mematut dirinya di depan cermin sambil menyisir rambut indahnya yang masih basah. Diliriknya handphone yang ia simpan di atas meja riasnya.
“tumben kak Gabriel gak sms” diambilnya handphone itu, benar-benar tak satupun ada tanda-tanda Gabriel menghubunginya.
Crekk..
Ify menoleh dan sejurus kemudian terlihat kepala Cakka menyembul di belakang pintu kayu kamarnya. Ify kembali menyimpan handphoenya lalu ia kembali menyisir rambutnya.
Tanpa disuruh masuk pun Cakka melangkah masuk lalu duduk di tempat tidur Ify.
“Fy, elo kapan mau main ke rumah Shilla?” Ify melirik bayangan cakka di cermin. Ify hanya tersenyum. Ia memang sudah lama mengetahui abangnya ini menyukai Shilla, sahabatnya sejak ia duduk di bangku SMP. Ify memutar badannya.
“Kenapa harus gue?”
“Ya,,maunya gue dating sendiri ke rumahnya, tapi elo tau kan papanya Shilla itu kalau gue dating sendiri pasti nanya ini itu. Gue males Fy”
“harusnya elo bisa ngatasin itu dong. Kalau elo emang beneran suka sama Shilla..”
“yee.. itu gak perlu ditanya lagi dong. Eh fy, tadi kok elo bisa tau gue ada di kopresi sih? Bukannya gue suruh elo tunggu di kelas ya?” Ify sedikit tersenyum. Pertanyaan cakka ini kembali membuatnya teringat pada Gabriel.
“kak Gabriel yang bilang abang ada di koprasi. Hehee” membicarakan Gabriel membuat pipinya sedikit bersemu merah. Ia kembali melirik handphonenya. Tak berubah.
“ohh Gabriel toh.. ya udah sana tidur. Besok jangan telat ya” Cakka bangkit dari duduknya, meninggalkan Ify yang masih duduk di tempatnya. Sampai di ambang pintu Cakka kembali melihat kea rah Ify.
“kalau gue jadian sama Shilla, gue bantuin deh biar elo sama Gabriel eh..”
“Hah?” Cakka tertawa, melihat perubahan mimik adiknya itu dan akhirnya keluar.
“Apaan sih bang.. gue Cuma kagum aja sama kak Gabriel !!” walau ragu akan di dengar cakka, Ify tersenyum malu. Apa sikapnya ini terlihat seperti seseorang menyayangi? Ify menggelengkan kepala lalu ia berdiri dan meraih handphoenya melangkah menuju tempat tidur.
“masa gue yang harus sms duluan sih??” ucapnya seolah-olah handphonenya adalah lawan bicaranya. Beberapa saat ia terus memandangi handphonenya itu.
“gak salah juga kali ya sekali-kali gue yang sms duluan” tanpa ragu lagi kedua jari jempolnya menari di atas keypad qwerty handphonenya itu. Setelah mengirimkan pesan singkat yang benar-benar singkat itu Ify membaringkan tubuhnya dan menunggu balasan pesan dari Gabriel.
Ify terperanjat senang saat terdengar dering tanda pesan masuk pada handphoenya. Ify segera membacanya. Namun, baru saja sedetik senyum itu menghiasi wajah cantiknya, Ify mengerutkan kening dan tampak kaget membaca isi pesan yang diterimanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar