About Us
[17] Alasan
“Masih ngelamun aja
nih?” Ify terkejut. Tiba-tiba saja sesosok wajah muncul di depannya dengan
senyum yang sebenarnya terlihat sangat manis bila situasinya tak muncul
tiba-tiba seperti ini, namun untuk saat ini senyum itu membuat Ify mengangkat
kepanya yang sejak tadi ia tumpukan pada kedua tanganya.
“Rio. Kaget tahu!” Kali ini laki-laki itu tertawa ringan.
Apa terlalu menyeramkan senyumnya tadi sampai gadis di depannya ini mengelus
dada?
“Kok masih ngelamun sih Fy? Apa lagi yang masih dipikirin?”
“Prissy. Gue asih belum tahu Prissy dimana. Ya walaupun dia
hubungi gue tiap hari tetep aja rasanya beda.” Rio dan Shilla hanya terdiam.
‘Gue gak mau liat lo sedih begini Fy. Tapi gue udah janji
sama Prissy.’
“Tap perasaan lo udah mulai tenang kan?” Shilla yang juga
baru datang bersama Rio segera membuka kantong kresek yang sengaja dibelinya
bersama Rio saat di kantin tadi. Dikeluarkannya beberapa minuman dan makanan
ringan untuk cemilan mereka.
“Gue emang ngerasa lebih tenang sekarang. Hampir semua
pikiran negatif gue salama ini udah hilang.” Ify tersenyum kecil. Satu persatu
dipandanginya kedua orang yang sedikitnya membantu Ify untuk berubah. “Thanks banget buat kalian berdua.”
Tangan Ify mengusap pelan pundak tangan Rio dan Shilla, tanda terima kasih
untuk semua yang mereka lakukan untuk dirinya.
“Semuanya karena lo kok Fy. Kita kan cuma bantu dikit. Ya
gak Yo?” Rio menaikan kedua alisnya menyetujui perkataan adiknya itu.
“Pokoknya thanks banget!!!”
“Ooww Fy. Biasa aja meluknya.” Ify tersenyum kecil dalam
pelukan Shilla. Sejak kemarin ia ingin sekali memeluk seseorang untuk
melampiaskan kebahagiaannya itu. Mamanya pun sudah jadi korbannya sejak
kemarin. Biasanya Ify selalu memeluk Prissy, kerena Prissy tak ada tak mungkin
kan Ify memeluk Rio? Kenapa harus Rio? Ya karen memang sejak kemarin Rio lah
yang menemaninya.
“Duh mau ikutan dong..” tangannya sudah siap terlentang
untuk memeluk kedua gadis di depannya itu, namun baru sepuluh centi ia beranjak
dari tempatnya tubuh Rio kembali dibuat mundur oleh tangan Shilla yang senyaja
mendorong Rio untuk menjauh.
“Aww.. Shilla lo apa-apaan sih?”
Ify hanya tertawa sambil masih memeluk Shilla melihat Rio
mengaduh karena ulah adiknya sendiri.
‘Kebahagiaan itu bisa didapat kapan pun dan darimana pun.
Rugi banget gue membatasi diri kemarin kemarin’
***
Diid..
Ify terlonjak kaget. Baru saja kakinya akan melangkah untuk
menyembrang sebuah mobil sport berwarna biru melaju di depannya dan akhirnya
berhenti.
“Ify..” lebih kagetnya lagi seseorang yang mengendarai mobil
itu menyerukan namanya saat si pengemudi menurunkan jendela mobilnya. Namun tak
lama pertanyaan siapa si pengemudi mobil itu terjawab. Ify bisa mengenali
laki-laki yang berada di belakang kemudi itu setelah ia membuka kacamata hitam
yang membingkai matanya.
“Kak Alvin?” Alvin tersenyum. Apa ia terlalu terlihat
berbeda sampai Ify mengerutkan keningnya seperti itu?
“Ify ayo naik..” Ify cepat-cepat naik ke mobil Alvin. Sejak
tadi banyak siswa yang tiba-tiba memandang ke arahnya, lebih tepatnya mobil
Alvin. Siapa sih yang gak kenal mobil miliyaran ini?
“kakak ngapain disini?” setelah Ify duduk dan memasang seat beltnya Alvin menjalankan mobilnya
kembali.
“Kakak mau ajak kamu cari EO buat acara wedding nanti. Janji sama kamu waktu itu sih emang besok, tapi
besok kakak ada keperluan. Kamu bisa kan hari ini?”
“Kenapa kakak gak sms Ify dulu? Kita kan bisa ketemu dimana
gitu biar kakak gak usah jauh-jauh jemput aku di sekolah.”
“Kamu bawa handphone?”
“Bawa lah. Sejak aku kabur kemarin mama selalu memastikan aku
bawa hp.”
“Di dashboard ada power bank, kayaknya handphone kamu mati deh.” Ify mengerutkan keningnya? Masa sih
handphoenya mati? Sesegera mungkin ia mencari handphonenya di dalam tas. Sejak
tadi memang ia tak mengeluarkan handphonenya itu.
“Iya mati. Hehe..” Alvin tersenyum kecil. Calon adiknya itu
langsung membuka dashboard mobilnya dan mencari pengisi baterai tersebut.
Rio Calling...
Baru saja Ify mengaktifkan handphonenya sebuah panggilan masuk. Ify menepuk keningnya pelan.
Ia lupa ia janjian pulang bersama Rio dan Shilla.
“Hallo..”
“Ify kamu dimana?” Suara Rio langsung terdengar cemas. Ify
menyengir lebar. Tentu saja Rio tak bisa melihatnya.
“Yo, sorry banget gue lupa. Gue pulang sama kak Alvin ya.
Mau cari EO buat wedding mama.” Ify
mengigit bibir bawahnya. Ify jadi tak enak.
“Ya udah kalau gitu.
Take care ya..”
“Iya. Sorry ya
Yo.”
“It’s Ok.”
Ify memutuskan sambungan teleponnya. Ia jadi tak enak hati
pada kakak beradik itu.
“Rio ya?” tanya Alvin.
“Iya. Lupa ngasih tahu pulang sama kakak.” Alvin hanya
mengangguk kecil. setelahnya Alvin kembali fokus dengan jalanan di depannya.
1 Massage Recieved
Rio
Rio
Nanti malam, aku ke
rumah kamu ya. Selamat menunggu di rumah :)
Ify tersenyum kecil. dasar! Memangnya ia setuju? Ify segera
membalas pesan singkat Rio itu.
See u
***
Tibalah mereka di salah satu kantor Event Organizer (EO) yang
cukup terkenal di kota ini. Ify tak percaya Alvin mangajaknya ke tempat ini.
Ini sih udah gak usah cari kemana-mana lagi kalo seandainya mereka menyanggupi
ongkosnya nanti.
“Kak, seriusan disini?” Alvin mengangguk. Alvin tahu tempat
ini salah satu yang terbaik untuk menyewa jasa untuk persiapan pernikahan orang
tuanya. Jadilah tempat ini dijadikan pilihan utamanya.
“Iya. Atau kamu ada rekomendasi tempat lain yang lebih bagus
dari ini?” Ify meggeleng sambil mengikuti Alvin yang sudah mulai berjalan untuk
masuk ke tempat itu.
“Selamat siang. Ada yang bisa kami bantu?” seorang wanita
muda di belakang mejanya menyambut Ify dan Alvin dengan hangat. Setelah Alvin
mengutarakan apa maksud kedatangannya kemari, wanita muda itu menyuruh
seseorang untuk mengantarkan Ify dan Alvin ke suatu ruangan.
“Mohon tunggu sebentar.” Alvin dan Ify tersenyum kecil. Setelah
membungkukan badannya pria yang mengantarkan mereka pun hilang dibalik pintu.
“Kak, disini kan mahal banget?”
“Uang memang gak akan membohongi kualitas kan?”
“Tapi--”
Crekk..
Ucapan Ify terhenti saat tiba-tiba seseorang membuka pintu
dari luar. Tak lama terlihatlah seorang wanita muda dengan seragam kantornya
menghampiri mereka.
“Hallo selamat siang.. lho? Alvin?” wanita muda itu sedikit
terkejut melihat siapa calon clientnya
itu.
“Via? Apa kabar?” tak lama Ify malah melihat adegan temu
kangen dua orang teman lama yang lama tak bertemu. Ify tebak pasti wanita ini
teman SMA Alvin.
“Baik banget Vin. Lo keliatan beda baget sekarang. Kerja
dimana sekarang? Ah, pasti perusahaan bokap lo kan?”
“Ah engga. Gue masih fokus selesain S2, ya sambil bantu
bokap dikit-dikit lah.” Alvin tertawa kecil. Tak disangka bisa bertemu Sivia di
tempat ini.
“Jadi lo yang mau bikin wedding
party?” Alvin mengangguk. “Ini?” Via, atau lebih tepatnya Sivia melirik Ify
dengan matanya.
“Oh iya. Ify sini..” akhirnya tokoh lain yang ada di ruangan
itu pun dianggap juga.
“Ini Ify.”
Sivia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan
Ify. “Via.”
“Ify.” Balas Ify dengan senyumnya.
“Kalau gitu ayo duduk.” Sivia mempersilahkan tamunya itu
untuk kembali duduk di sofa yang sejak tadi digunakan Ify dan Alvin untuk menunggu.
“Ify kelas berapa?” bukannya bertanya tentang apa yang
mereka inginkan untuk pesta yang akan diselenggarakan Sivia malah tertarik
dengan gadis yang duduk di sebelah Alvin ini.
“Kelas tiga.” Jawab Ify seadanya.
“Gue kira masih kelas satu loh Vin haha..” Sivia tertawa.
“Acara pernikahannya mau dilaksanakan kapan Vin? Setelah Ify lulus?” perkataan
Sivia tadi sukses membuat Ify melotot. Tak hanya Ify, Alvin pun demikian.
“Kenapa? Gak mungkin kan kalian menikah pas Ify masih
sekolah?”
Oh my God. Ify
menggaruk belakang telinganya yang sama sekali tak gatal. Menikah pas Ify masih
sekolah? Ya gak mungkin lah! Jadi Sivia mengira mereka yang akan menikah?
“Oh Vi, bukan gue yang mau nikah. Bokap sama mamanya Ify.”
Ify menganggukmenyetujui perkataan Alvin.
Sivia tertawa kecil. Rupanya ia salah paham. Habisnya Alvin
datang dengan seorang gadis dan akan mengadakan sebuah pesta pernikahan. Alvin
kan tak punya adik perempuan, pantas kan Sivia manyangka Ify ini calon istri
Alvin?
“Gue kira kalian yang mau nikah. Haha.”
“Gila lo. Ify masih kecil gini juga.”
“Mangkannya gue agak sedikit heran.” Setelah Sivia berhenti
tertawa, akhirnya Alvin mengutarakan niatnya datang ke tempat ini. Sivia pun
menawarkan beberapa konsep untuk Alvin dan Ify pilih untuk konsep pernikahan
orang tuanya.
Setelah kurang lebih 60 menit mereka berbincang, Sivia
mengerti apa yag Ify dan Alvin inginkan. Sivia akhirnya menarik benang merah
dari apa yang Alvin dan Ify tuturkan padanya dan akhirnya menawarkan konsep
elegant tradisional lah yang akan menjadi konsep resepsi nanti.
“Kalau semua udah oke, gue sama Ify pamit dulu ya Vi”
“Oh oke. Kalau memang ada yang mau di diskusikan lagi, lo
boleh dateng kesini lagi. Boleh langsung hubungi gue.” Sivia menyerahkan
selembar kartu nama. Tentu saja itu kartu namanya.
***
“Fy, kita ke rumah kakak dulu sebentar ya. Ada yang mau di
ambil.”
“Oke..” setelah itu Alvin mulai kembali menjalankan
mobilnya.
Rumah Alvin dan kantor EO tadi memang tak terlalu jauh.
Hanya butuh sepuluh menit saja untuk bisa sampai di rumah Alvin.
“Eh bentar deh kak.” Ify tiba-tiba nenyuruh Alvin untuk
memelankan mobilnya. Matanya melihat ke arah luar jendela. “Itu Prissy kan?”
katanya sambil menunjuk seorang gadis yang sedang duduk di salah satu teras
rumah yang mereka lewati. Ify segera membuka kaca jendela mobil untuk
memastikan.
“Iya itu Prissy. Ify turun disini kak. Kakak duluan aja.
Nanti Ify ke rumah kakak.” Dengan cepat gadis itu turun dari mobil Alvin dan
menghampiri Prissy.
“Prissy?”
Merasa terpanggil, gadis itu menoleh dan sediit terkejut
mendapati Ify, sahabatnya itu berdiri di halaman rumah ayahnya.
“Ify..” tak lama Ify menubruk tubuh Prissy. Memeluknya
dengan erat.
Prissy hanya bisa diam. Ia tak menyangka akan bertemu dengan
Ify di rumah ayahnya. Darimana Ify tahu dirinya ada di sini? Rio? Akan kah
laki-laki itu memberitahu Ify? Hanya Rio yang tahu Prissy ada di mana selama
ini.
Ify melepas pelukannya. Diusapnya rambut Prissy, seperti ibu
yang baru saja menemukan anaknya. “Lo ngapain sih Pris disini? Kenapa lo
kabur-kaburan kayak gini?”
“Gue—” Prissy masih bingung harus menceritakan dari mana. Ia
ingin sekali menceritakan apa yang dialaminya sejak kemarin pada sahabat
karibnya ini.
“Lo harus cerita sama gue!” paksa ify. Ia tak mau kehilangan
kesempatan seperti ini lagi.
“Iya Fy, gue bakal cerita. Tapi rumahnya masih ke kunci.
Bokap gue belum pulang. Gue lupa bawa kunci.”
“Jadi ini rumah bokap lo?” Prissy mengangguk. Ify tak pernah
terpikir sampai ke sini. Ia lupa pada sosok laki-laki yang paling berarti untuk
Prissy ini.
“Lo nunggu bokap lo balik?” lagi Prissy mengangguk.
“Kita nunggunya di rumah kak Alvin aja yuk? Sekalian lo
ceritain semuanya sama gue.” Mau tak mau Prissy menyetujui keinginan Ify ini.
Ia masih tak enak hati dengan Ify.
“Lo harus cerita dari awal Pris.” kini mereka berdua sudah
berada di rumah Alvin. Tepatnya mereka duduk di sebuah gazebo mini di belakang
rumah Alvin.
“Gue bingung Fy.”
“Bingung?”
“Ya, awalnya gue bingung gue harus ngapain. Gue kesepian.
Mama gak pernah ada di rumah. Sedangkan gue gak boleh main ke rumah papa. Entah
apa alasannya, mama gak ngebolehin gue ketemu sama papa.” Prissy menghela
nafas.
“Gue kesel Fy. Lo tahu kan mama jarang banget ada di rumah.
Lebih terkesan cuek sama gue. Lo tahu sendiri kan waktu kita minta izinin ke
sekolah aja mama gak nanya kita kenapa. Gue jadi ragu sama mama. Apa mama
sayang sama gue.” Ify memilih diam. Ia ingin mendengar semua yang Prissy
katakan padanya.
“Suatu hari gue bener-bener ngerasa sendirian. Gue coba
hubungi mama, gue pengen tahu mama ada di mana. Tapi mama gak mau pulang buat
gue. Mama lebih mentingin pekerjaannya dibanding gue. Gue gak bisa
terus-terusan kayak gini Fy.”
“Kenapa lo gak hubungi gue?” Ify bertanya. Ify jadi ikut
merasa bersalah.
“Gue tahu lo lagi ada masalah sama nyokap lo. Gue gak berani
minta sama lo. Gue gak mau ikutan ngebebanin lo sama sikap egois gue ini.
Jadilah gue memutuskan untuk ketemu sama papa. Gue pengen tahu apa mama nyariin
gue atau engga.”
“Pris, tapi ini udah keterlaluan.”
“Iya, gue tahu Fy. Gue jadi takut ketemu mama.” Prissy tak
bisa menahan isak tangisnya. Jadi itu yang membuat Prissy takut untuk pulang?
Ify memeluk Prissy. Menenangkan sahabatnya itu.
“Pris, lo harus tahu secuek-cueknya orang tua menurut kita,
itu bukan berarti mereka gak sayang sama kita.” Ify bisa merasakan Prissy
mengangguk dalam pelukannya.
“Gue takut mama marah.”
“Gak Pris. Mama lo gak mungkin marah kalau lo mau pulang.
Bliau pasti seneng banget kalau lo pulang.” Ify mengelus puncak kepala Prissy
pelan, berusaha menenangkan sahabatnya ini.
Ternyata awalnya adalah kesepian. Seseorang bisa berpikiran
yang aneh-aneh saat dirinya merasa kesepian. Jika seperti ini, berarti Ify juga
ikut andil dalam faktor erginya prissy dari rumah. Ify jadi merasa gagal jadi
sahabat.
“Kalau ada apa-apa lo jangan sungkan minta bantuan gue
Pris.” Prissy mengangguk.
“Janji kan gak akan kayak gini lagi?” Ify melepas
pelukannya.
“Janji..” Prissy tersenyum membuat Ify juga ikut tersenyum.
Rasanya hidupnya sudah cukup lengkap. kali ini Ify benar benar merasa istimewa.
Memiliki mama yang sayang padanya, memiliki sahabat seperti Prissy, memiliki
teman teman seperti Rio dan Shilla dan di tambah ia akan memiliki kakak dan
ayah baru.
Eh tapi Rio, teman?
Ify tersenyum dengan pikirannya itu. Benarkah hanya teman? Just a friend?
“Jadi lo udah setuju sama pernikahan nyokap lo?”
Ify mengangguk
semangat menjawab pertanyaan Prissy itu. Sudah sejak dulu ia ingin membagi
kebahagiaannya ini pada sahabatnya.
“Tapi kok lo tahu sih Pris? Bukannya rencana ini gue jalanin
pas lo kabur ya?”
“Kan gue sempet ketemu sama Rio pas lo minta maaf ke rumah
ini.”
“Jadi lo pernah ketemu Rio?” Prissy mengangguk. “Rio tahu lo
ada di mana?”
“Eh..” Prissy menutup mulutnya. Ia merutuki kebodohannya
ini.
“Rio tahu kan selama ini lo dimana?”
“Eh Fy. Gue yang larang Rio kasih tahu lo. Sumpah deh Rio
gak salah apa-apa.” Prissy tiba-tiba merasa bersalah pada Rio. Mudah-mudahan
hubungan Rio dan Ify tak jadi kacau karena kesalahannya ini.
“Oke deh. Tapi dia harus tetep dapet sesuatu karena gak
ngasih tahu dimana sahabat gue selama ini.” Ify tersenyum miring, membuat Prissy
agak ngeri melihatnya. Jangan sampai Ify berbuat aneh-aneh lagi kali ini.
***
Selama baca cerita ini, aku selalu berharap klo ayah nya rio bukan ayah nya ify jg yg selama ini pergi... Aku nunggu lanjutan nya, penulis:(
BalasHapusehh kok ini belum di lanjuutttt?? lanjuuuuuuuuuutt dong please!!
BalasHapusKok belum di lanjutin kak? Penasaran nihh. Awww... Ify pengen ngapain rio yaah? :D cemangat qaqaaa._.
BalasHapus