Kamis, 22 Desember 2011

Salah (Cerbung bag.3)

Malam kak Gabriel.. Lagi sibuk ya?
Sender : Ify Alyssa
Gabriel menghela nafas lalu memalingkan pandangannya dari layar handphone miliknya. Masih terngiang dengan jelas di telinganya sebuah kalimat yang berhasil menghancurka dirinya. Menghantui pikirannya dan tentu saja membuat ia patah semangat untuk mengejar gadis pemilik hatinya itu.
Ify.. cewek gue.
Kalimat sederhana yang hanya terdiri dari tiga kata itu terus saja berputar dalam pikirannya. Ia masih tak habis fikir sejak kapan Ify dan Cakka dekat? Bakhan untuk saling sapa saja sangat jarang terlihat. Apakan ia memang belum benar-benar mengetahui seluruh kehidupan Ify? sampai ia sendiri tak tahu Ify dan Cakka memiliki hubungan yang sepesial.
Gabriel kambali menghela nafas sambil menimang handphonenya. Apa ia harus membalas pesan singkat dari Ify? apa ia salah menggantungkan harapan pada gadis itu?
Sejurus kemudian jarinya mulai menari di atas layar sentuh handphonenya. Ia hanya ingin menegaskan pada gadis itu, bahwa ia tak ingin diberi harapan palsu.
***
Ify terperanjat senang saat terdengar dering tanda pesan masuk pada handphoenya. Ify segera membacanya. Namun, baru saja sedetik senyum itu menghiasi wajah cantiknya, Ify mengerutkan kening dan tampak kaget membaca isi pesan yang diterimanya.
Aku sibuk. Kalau memang tak ada yang penting untuk dibicarakan, jangan mangganggu. Thanks
Sender : Kak Gabriel
“Kok? Gak biasanya kak Gabriel kayak gini? Ada apa sih” gadis itu pun jadi bingung sendiri. “Kak Gabriel emang lagi sibuk kali ya? abang juga lagi banyak tugas. Mereka kan sekelas” tak ambil pusing, Ify menyimpan handphonenya di meja dekat tempat tidurnya. Ia beranjak menuju meja belajarnya untuk mempersiapkan pelajaran untuk hari esok.
***
Belum berjalan duapuluh empat jam dari kejadian dimana Cakka mengakui Ify adalah kekasihnya di depan Sasya, kabar itu sudah menyebar di seantero sekolah. Hari ini kembali parkiran kecil sekolahnya itu ramai dengan orang orang yang ingin mengetahui yang mana sig Ify Ify itu. Cakka tersenyum senang melihat reaksi siswa siswi sekolahnya ini. Memang ini tujuannya meminta Ify menjadi pecar (pura-pura)nya. Agar semua orang tahu hatinya sudah ada yang memiliki dan ia terbebas dari gadis macam Sasya.
“entar gue kumpul eskul dulu. Abang kalau mau pulang duluan aja” pesannya sebelum ia masuk ke dalam kelasnya.
“gimana entar deh. Elo sms gue aja kalau mau balik” Ify mengangguk. Dengan gemas Cakka kembali mengacak puncak kepala Ify. ternyata adiknya ini memang sangat manis.
“gue ke kelas ya Fy” Ify kembali mengangguk. Setelah punggung abangnya itu menghilang di balik tembok sekolahnya, Ify masuk ke dalam kelasnya.
“Ciieeeeeeeeee IFY !!” dengan kompak teman-temannya berteriak kencang sambil semuanya tersenyum melihat Ify yang kembali di antarkan Cakka. Ify hanya geleng-geleng kepala. Sebegitu jauh kah selama ini ia dan Cakka sampai tak seorangpun mengetahui bahwa ia adiknya Cakka? Memang selama ini Ify tak pernah pulang pergi bersama cakka. Disekolahpun mereka tak sering ngobrol ataupun saling sapa.
“Fy, lain kali kak Cakkanya aja masuk. Ajak diem kek disini. Jangan Cuma nganter sampe depan kelas. Kita kan gak puas liatinnya.” Kembali Ify hanya memberikan senyumnya untuk menrespon seluruh gurauan teman-temannya.
***
Matanya masih memandang gadis cantik yang sedang duduk di kursi panjang depan post satpam sekolahnya itu. Mengingat kejadian kemarin, membuatnya enggan bertemu dengan gadis itu. Gabriel mengangkat tangannya dan melihat pada sepucuk surat yang harus ia berikan pada gadis itu.
“Ahh.. kenapa gue harus bingung sih” rutuknya dalam hati. “kanapa harus gue yang kasih ke dia? Kenapa bukan yang lain sih” Gabriel masih mengaluh dalam hati. Namun kembali ia melihat pada Gadis itu. Tak ia pungkiri ia sangat ngobrol atau sekedar ingin bertemu dengan gadis itu.
“Oke, professional Gab!!” dengan langkah (masih)ragu Gabriel malangkah menghampiri gadis yang sedari tadi dipandangnya itu. Ia memelankan langkahnya seiring dengan jarak yang kian mendekat antara dirinya dan gadis itu.
“If..Ify” panggilnya agak gugup.
“Eh, Kak Gabriel” seketika keraguannya untuk bertemu gadis ini sirna. Ia kembali terkesima melihat senyum gadis itu. Senyum manis yang tak pernah hilang mewarnai bibir kecil gadis itu. “Ada apa?”
“Mmmm.. ini” Gabriel menyarahkan sepucuk surat yang sedari tadi di pagangnya itu.
“Apa ini ka?” Tanya Ify setelah ia menerima kertas putih itu.
“Undangan rapat akhir KK. Besok pulang sekolah. Jangan lupa datang” Ify mengangguk. Gadis itu langsung membuka lipatan kertas yang dipasangi steples di tengah bagian atas surat kecil itu. Ia sedikit mengangguk angguk. “kamu Sekretaris Fy, jangan sampe telat” pesannya agak khawatir gadis itu akan datang telat.
“Iya kak. Aku pasti datang” keduanya terdiam. Dengan ekor matanya Gabriel mengamati gadis cantik disebelahnya ini. Ia jadi merasa bersalah menjauhi gadis ini. Bukankah Ify tak bersalah semasekali yang membuat ia harus menjauhi gadis ini.
“sendiri-----”
“Sebentar kak…” seiring dengan sebuah kata yang keluar dari mulut Gabriel, handphone Ify bergetar panjang dan terpaksa membuat Ify harus memotong kalimat yang ingin Gabriel lontarkan pada gadis itu. Ify sedikit menjauhi Gabriel untung mengangkatpanggilan tersebut.
“Halo.. Abang diaman?” terdengar olehnya sayup-sayup suara Ify yang menjawab telfon itu.
“Abang? Siapa? Kakaknya Ify? atau panggilan saying dia buat Cakka?” batinnya sambil terus mendengarkan jawaban-jawaban yang Ify berikan pada lawab bicaranya di balik telfon itu. Semejnak kejadian kemarin, segala sesuatu yang berhubungan dengan Ify, pasti Gabriel sangkut pautkan pula dengan Cakka. Ditambah ia pernah mendengar sendiri Ify memanggil Cakka dengan sebutan ‘abang’ ketika ia mencari Cakka tempo hari tepat sesaat sebelum kejadian itu terjadi.
“Iya, Ify keparkiran sekarang. Jangan ninggalin awas! Hahaha” Gabriel masih memperhatikan gerak gerik serta kata-kata yang keluar dari mulut gadis itu.
“Kak, mau ngomong apa tadi?” terlalu focus memikirkan siapa yang menelfon Ify tadi, membuat Gabriel tak sadar gadis itu telah berdiri kembali di depannya. Gabriel terlihat sedikit salah tingkah, takut-takut Ify mengetahui ia sedang mencurigai gadis itu.
“Kamu ada janji? Atau mau di jemput siapa gitu?” tanyanya benar-benar ingin tau siapa yang di panggil ‘abang’ oleh gadis ini.
“Janji sih gak ada. Kenapa? Kalau memang ada hal penting yang mau kakak bicarakan sama Ify, aku bisa telfon kak cakka buat batalin pulang bareng”
Telak. Memang benar Cakka yang baru saja menelfon gadis ini. Cakka tersenyum miring.  Lagi-lagi ia kalah cepat dengan Cakka.
“Enggak ko Fy. kalu boleh pulang”
“Aku duluan ya kak..” Gabriel mangangguk. Matanya masih mengikuti punggung gadis itu yang kian menjauh. Ia kembali tersenyum miring. Hampa. Itulah yang dirasanya kini. Kalau saja sejak dulu ia menegaskan perasaannya pada Gadis itu.
***
“Fy, besok temen gua ada yang ulang tahun. Katanya dirumahnya mau ada pesta kecil kecilan gitu. Temen sekelas doang yang di undang. Menurut lo gimana?”
Ify mengerutkan kening sambil terus melepas satu per satu tali yang mengikat sepatunya. Baru saja mereka sampai di rumah. “Gimana apanya? Kok nanya gue? Pesta pesta temen lo. Elo belum punya kado?”
Cakka menggeleng. Bukan masalah tidak ada kado. Malah sudah jauh-jauh hari Cakka menyiapkan hadiah untuk temannya ini. Karna kebetulan Cakka dan temannya yang akan berulang tahun ini adalah sahabat dekat. “Bukan itu Fy.. lo harus temenin gue kesana fy”
“Lho? Kok Gue?”
“Iya lah. Orang lain kan taunya elo itu cewek gue. Gimana sih!”
“kapan?” Tanya Ify sambil menjingjing sepatunya masuk ke belakang, di ikuti Cakka yang juga sama akan menyimpan sepatunya di tempat biasa mereka menyimpan sepatu.
“tadi kan udah gue bilang besok”
“besok? Gue ada acara gak ya? kayaknya enggak sih. Boleh deh, pulang sekolah kan?” Cakka mangguk dan tersenyum.
“Thanks ya Fy.. ntar gue deketin Gabriel deh sama elo. hahaha” sebelum pergi cakka kembali mengusap pelan pucuk kepala Ify. suatu kegiatan yang sangat senang ia lalukan pada adik perempuan itu.
Ify pun tersenyum. Nampaknya ia sudah mulai terbiasa dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan status (pura-pura)nya dengan Cakka. Ia pun jadi lebih dekat dengan kakaknya itu. namun, setelah matanya tak lagi melihat keberadaan kakaknya itu, Ify teringat sebuah nama yang terakhir Cakka ucapkan padanya. Gabriel. mengingat nama itu seperti ada yang salah dalam dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar