Minggu, 23 Juni 2013

Kembar (Cerpen)


Kembar

***

Rio mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja. Sudah beberapa kali ia menguap. Matanya terasa berat, bahkan ia sempat tertidur beberapa saat yang lalu.

Dilihatnya gadis yang sedari tadi duduk di depannya. Gadis itu masih terlihat seperti pertama kali ia duduk. Tetap tenang dengan buku yang sama. Sesekali ekspresinya berubah. Kadang ia mengerutkan keningnya, tersenyum, bahkan samapai melotot.

Jumat, 21 Juni 2013

Unrequited (Cerpen)

Mataku masih memperhatikan seseorang di balkon sebrang sana. Bibirku tersenyum. Entah sejak kapan, aku kembali tertarik dengan wajah itu. senyumnya, tingkah lakunya sama sekali tak berubah. Dengan gayanya yang sedikit arogan, dengan mudah ia mendapatkan teman dan mengakrabkan diri dengan mereka. Sangat berbeda seratus delapan puluh derajat denganku, yang lebih memilih untuk diam dan tak bicara sedikitpun bila tak kenal dengan siapa pun.
 
“hey, ngelamun aja. Pake senyam-senyum segala lagi” aku menoleh, dan mendapati Shilla, sahabatku yang kini ikut menumpukan sikutnya pada tempok pembatas balkon tepat di sampingku.

About Us [16] Taman Bunga Impian

About Us [16] Taman Bunga Impian

Gadis itu melambaikan tangannya pada pemuda bermobil hitam yang baru saja mengantarkannya pulang. Ify tersenyum kecil. Rasanya ia rugi sekali pernah mengabaikan masa remajanya. Masa dimana seharusnya ia merasakan virus merah jambu itu.

Tapi ia tak sedikitpun menyasali apa yang telah terjadi padanya. Mungkin saja ini memang rencana Tuhan untuknya. Mungkin saja Tuhan sengaja menyimpan virus merah jambu itu, agar hari ini ia bisa merasakaan alangkah indahnya merasakan virus itu.

About Us [15] kabar dari Prissy

About Us [15] kabar dari Prissy


Alvin tergesa-gesa menuruni tangga untuk menuju ruang tamu. Tumben sekali ada yang bertamu siang-siang seperti ini. Sebenarnya Alvin tak sendiri di rumah. Ada pembantu yang biasanya dengan sigap membantu Alvin dan ayahnya. Alvin sudah mendengar bel rumahnya berbunyi beberapa kali, dan sepertinya si mbok belum juga membukakan pintu. Dan itulah yang membuat laki-laki tampan ini sedikit berlari menuju ruang tamu.

Alvin membuka pintu, ia sempat terkejut melihat siapa yang datang bertamu. Ini jauh dari dugaannya. Bukan teman kuliahnya, ataupun teman ayahnya. Dua orang yang sedang berdiri di depannya kini benar-benar di luar dugaan.

Sesal (Cerpen)

Sesal 

“Hari ini gue seneng banget. Selain bisa ketemu sama kalian semua, untuk pertama kalinya ada seseorang yang special buat gue datang ke acara Meet and Greet kayak gini.”

Mario Stevano. Siapa yang tak kenal dengan penyanyi yang baru naik daun ini. Penyanyi yang bukan penyanyi karbitan ini sudah memulai karirinya sejak ia masih duduk di bangku SMP. Suaranya sangat merdu. Faktor keberuntungan saja yang baru datang dan melambungkan namanya.

Bisik-bisik para penggemar Rio pun mulai bergemuruh. Mereka sibuk menerka siapa ‘orang spesial’ yang Rio maksud. Laki-laki itu hanya menyengir lebar, sembari menatap geli orang yang ia maksud.

About Us [14] Kabar Baik, Kabar Buruk..

About Us [14] Kabar Baik, Kabar Buruk..


Mendengar suara itu, Ify cepat mendongak dan mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk kelasnya. Memang seperti dugaannya, itu suara Shilla. Gadis itu datang dengan senyum lebarnya bersama seorang laki-laki, yang Ify ketahui bernama Cakka, adik kelasnya yang juga akhir-akhir ini sering sekali terlihat bersama Shilla saat Rio mulai mengantar jemput dirinya.

Kalau Shilla bersama Cakka, lantas kemana laki-laki itu? Memang sejak tadi pagi Ify tak melihat barang ujung batang hidungnya. Tak menjemputnya –seperti yang pernah Ify minta-, tidak muncul bersama Shilla dan tak memberi kabar. Apa terjadi sesuatu padanya sampai-sampai ia tak muncul di sekolah?

About Us [13] Antara Ify dan Rio ..

About Us [13] Antara Ify dan Rio ..

“Rio..” Laki-laki itu malah tersenyum lebar melihat gadis yang sejak tadi dinantinya akhirnya muncul. Ia menyimpan helm yang sejak tadi ia peluk dan segera menghapiri Ify karena gadis itu tak kunjung menghampirinya.

“Lo, ngapain disini?” Tanya Ify judes. Ify terkejut mendapati Rio kembali ada di depan rumahnya. Bukannya kemarin Rio lebih memilih menjemput Vara? Bukannya Ify sudah menegaskan tak ada hubungan apa-apa diantara mereka?

“Jemput kamu..” Rio tersenyum lembut. Ify menahan nafasnya. Dadanya terasa berdetak lebih cepat. Kamu? Rio memanggilnya dengan ‘kamu’? bukan ‘lo’ atau ‘elo’ yang biasa Rio ungkapkan untuknya. Tak ia pungkiri, ia senang melihat Rio ada di sini. Apalagi melihat senyum lembut Rio yang begitu menyejukan hati.

About US [12] Bukan Siapa Siapa..

About US [12] Bukan Siapa Siapa..
Ify masih duduk di beranda rumahnya. Langit pagi yang cerah turut menemani senyum cantik gadis ini. Ify masih belum berniat mengenakan sepatunya. Hari ini ia bangun terlalu pagi. Jam enam Ify sudah duduk siap di depan rumahnya. Biasanya Rio akan menjemputnya pukul setengah tujuh pagi. Masih ada waktu setengah jam untuknya bersantai.
Memang sejak beberapa minggu ini Rio selalu menjemput Ify untuk pergi ke sekolah bersama. Malah dulu Rio pernah ngotot untuk mengantarkannya pulang juga. Ify sempat menolak, tapi tetap saja laki-laki itu ngotot dan tiba-tiba saja muncul di depan rumahnya. Mau tak mau Ify harus ikut juga dengan Rio. Ify jadi tak enak sendiri. Rumahnya dan rumah Rio bisa dibilang dari Utara ke Selatan. Rio harus melewati sekolah mereka dulu untuk sampai ke rumah Ify dan akhirnya kembali lagi ke sekolah.  Akhirnya Ify setuju Rio menjemputnya, tetapi tidak mengantarnya pulang.

Kecewa (Cerpen)

Kecewa 
***
Ada yang lain di hariku 
Kau tak lagi denganku 
Biasanya kau slalu menyapaku 
Dariku terbangun hingga ku terlelap
Ify mengerjapkan matanya. Dilihatnya gorden ungu yang menutupi daun jendela kamarnya. Masih gelap. Yang membangunkannya kali ini bukanlah cahaya matahari yang menyusup lewat celah-celah jendela kamarnya. Dering ponselnya lah yang membuat Ify terbangun.

Takut (Cerpen)


Takut (Cerpen)

“Take care yaa..” Gadis itu hanya bisa tersenyum saat Alvin mengelus lembut kepalanya. Rasanya baru kemarin dia sampai dan Ify menjemputnya di tempat ini. Dan sekarang Alvin akan kembali pulang ke kotanya.

“Kok senyumnya maksa sih?” tangan jahilnya sengaja mencubit hidung bangir milik kekasihnya itu. Tentu saja itu membuat Ify meringis.

“Apaan sih?” jawabnya tak terima dengan kelakuan Alvin. “Siapa sih yang seneng pacarnya pulang.” Tambahnya. Memang itu yang membuat Ify tak ikhlas tersenyum pada Alvin tadi.