Jumat, 21 Juni 2013

Takut (Cerpen)


Takut (Cerpen)

“Take care yaa..” Gadis itu hanya bisa tersenyum saat Alvin mengelus lembut kepalanya. Rasanya baru kemarin dia sampai dan Ify menjemputnya di tempat ini. Dan sekarang Alvin akan kembali pulang ke kotanya.

“Kok senyumnya maksa sih?” tangan jahilnya sengaja mencubit hidung bangir milik kekasihnya itu. Tentu saja itu membuat Ify meringis.

“Apaan sih?” jawabnya tak terima dengan kelakuan Alvin. “Siapa sih yang seneng pacarnya pulang.” Tambahnya. Memang itu yang membuat Ify tak ikhlas tersenyum pada Alvin tadi.


Ify dan Alvin memang pacaran. Sejak Ify kelas sepuluh dan sekarang Ify sudah semester tujuh menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi negeri di Jogja. Usia mereka memang hanya terpaut dua tahun dan Alvin kini sudah mulai merintis karirnya sambil mengejar gelar S2.

Mau tak mau, ucapan Ify tadi membuat Alvin sedikit merasa tak enak. Intensitas pertemuannya dengan Ify memang tak sesering orang pacaran pada umumnya. Mungkin hanya setahun tiga kali sampai lima kali. Itupun kalau Alvin tak ada acara saat kekasihnya pulang ke kotanya.

“Kalau aja aku bisa ikut kamu pulang.” Gumam Ify pelan.

“Aku gak mau memberatkan kamu Fy. Kalau tahu kamu mau kayak gini mending aku gak usah kesini. ”

“Kok gitu sih?” tanya Ify tak terima.

“Aku gak mau bikin kamu jadi gak fokus. Sebentar lagi kan lulus. Semangat! Supaya cepet pulang…” Alvin mengacungkan lengannya yang di kepal sambil tersenyum. “Senyum dong..”

Ify tersenyum. Alvin memang selalu membuatnya lebih semangat. Ini pilihannya dan Alvin mendukungnya. Apalagi yang harus di khawatirkan?

“Aku pulang dulu ya. Aku janji kalau kamu nanti pulang, aku bakal nemenin kamu full.”

“Gak usah. Kamu kan harus kerja, S2 kamu belum selesai, lagian kalau aku pulang kangen keluarga juga kali.” Jawab Ify iseng. Alvin hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.

“Oke deh. Pesawatnya gak mungkin nunggu Fy, aku pulang ya..”
“Hati-hati…” sebelum Alvin benar-benar melangkah pergi, ia merengkuh tubuh kekasihnya itu lalu mencium keningnya sebentar.

“Kamu juga hati-hati.” Ify mengangguk. Akhirnya Alvin benar-benar pulang.

***
Alvin
7 Des, 10:26 PM
Aku baru sampai. Besok langsung ujian nih. Tapi ngantuk berat
Ify jadi merasa bersalah pada Alvin. Memang seharusnya Alvin pulang kemarin. Tapi Ify memaksa laki-laki itu untuk menemaninya ke acara temannya pagi tadi. Temannya itu menuntut siapapun yang datang harus membawa pasangan. Dan akhirnya Alvin harus pulang malam ini dan mendapat tiket penerbangan malam hari.

Sorry, kenapa kamu gak bilang ada ujian? Padahal kalau tau, kamu bisa pulang kemarin :(

Alvin
7 Des , 10:32 PM
Gak papa ko sayang.Doain aja supaya ujiannya gak susah susah amat :)Tidur gih. Aku juga mau baca-baca buat besok.
--
 Good night. Miss you

***

“Nih buat lo…” Prissy mendorong kotak kecil berwarna biru toska dengan pita kecil di atasnya ke hadapan Ify.

“Apaan nih? Elo kan udah kasih gue kado. Tapi double juga gak papa sih. Haha..” Ify tertawa sambil membuka kotak tadi. Dilihatnya seuntai kalung perak dengan bandul bertuliskan namanya. “Lucu banget Pris, tapi pasti ini beli di Malioboro kan? Gak mungkin banget lo beliin gue yang beginian. Hahaha”

“Itu perak asli tahu. Coba aja cek toko perak sono.”

“Oh ya? Baik amat lo..”

“Itu dari Rio kali, bukan dari gue.” Seketika senyum di bibirnya memudar. Rio. laki-laki itu lagi.

“Balikin deh. Gue gak bisa terima barang semahal ini.” Ify kembali menyimpan kalung perak itu di tempatnya. Ia kembali menutup kotak tadi dan mendorongnya ke dapan Prissy.

“Kok di balikin sih? Sayang Fy.”

“Tapi gue gak mau nanti dia malah nganggep gue ada rasa sama dia.” Bukannya ke geeran, Rio sendiri pernah bilang kalau dia suka sama Ify. Rio memang orang yang baik. Dia pintar, jago main alat musik, ganteng, sopan lagi. Gak ada deh cewek yang gak suka sama Rio. Sayangnya Ify udah terlanjur cinta sama Alvin. Mau bagaimana pun Ify gak pernah punya rasa pada pria hitam manis itu.

“Yaelah Fy, masa cowok seperfect Rio lo tolak sih. Kurang apa sih? Tajir iya, pinter…”

“Bukan masalah itu Pris. Lo tahu kan gue udah punya Alvin. Gue sayang banget sama dia.”

“Lo masih aja percaya sama hubungan jarak jauh lo itu. Lo setia sama dia, lo gak tahu kan gimana dia disana.”

“Gue percaya kok sama Alvin.” Balas ify yakin. Selama ini Alvin tak pernah membuatnya sangat kecewa. Paling-paling hanya kesalahan-kesalahan kecil yang biasa dilakukan orang yang sedang pacaran. Selebihnya Alvin selalu membuatnya bahagia.

“Coba deh, Alvin kasih apa kemarin?” 

Ify menggeleng. Rasanya Alvin memang tak memberinya apapun dalam bentuk barang. “Tapi kan Alvin dateng kesini Pris,.” Belanya.

“Duitnya kan banyak. Lo pernah cerita dia punya banyak kafe. Harusnya dia bisa dateng minimal dua bulan atau tiga bulan sekali kesini. Ini lo udah hampir empat tahun baru dateng kemarin. Kemana aja tuh.”

“Lagian lo gak bosen apa hubungan lo sama dia gitu-gitu aja? Kalau menurut gue, Alvin tuh terlalu cuek. SMS lo aja paling cuma pagi sama malem. Itupun kalau dia gak banyak kerjaan kan?”

Ify hanya diam mendengarkan  ocehan teman dekatnya itu. Apa iya Alvin terlalu cuek? Rasanya sudah cukup semua pesan singkat yang selalu Alvin kirim padanya. Laki-laki itu juga selalu meneleponnya walaupun hanya sekali.

“Terakhir kapan coba si Alvin lo itu hubungi lo?”
Ify mengingat-ingat kapan terakhir kali Alvin menghubunginya. “Malem terakhir gue nganterin dia pulang.” Jawab  Ify lesu.

“Pacar gue yang ada disini aja nelpon gue tiap hari, nah elo masa yang jauh gak ada kontak sih?”

“Skype aja jarang banget. Apa sih yang lo harepin dari dia?”

“Semua cowok tipe Alvin tuh sama  Fy. Gak akan tahan didiemin lama-lama.”

***

Ify POV

Aku emang gak pernah tahu apa yang Alvin rasakan selama aku jauh dari dia. Cuma dari sms-sms dan telepon dia aja aku tahu dia baik-baik aja. Aku akui Alvin emang gak seperhatian cowok-cowok romantis yang suka aku baca di novel-novel kesayanganu. Tapi itulah Alvin. Alvin memang begitu dari awal aku pacaran sama dia.

Mau gak mau aku jadi kepikiran soal ucapan Prissy tadi siang. Gak pernah sebelumnya Prissy komentar tentang hubunganku dengan Alvin. Sikapnya jadi beda setelah tempo hari aku bawa Alvin ke acaranya Angel. Aku memang mengenalkan Alvin pada Prissy disana.

Prissy bilang Alvin itu tipe cowok playboy. Entahlah dia bisa nilai dari mana. Padahal prissy dan Alvin baru bertemu satu kali.

“Gue udah pengalaman sama cowok tipe-tipe Alvin gitu. Semuanya sama aja. Coba deh Rio sama Alvin kan lagi sama-sama ujian. Coba deh nanti malam lo hubungin mereka. Lo liat reaksi mereka.”

Kalimat Prissy yang itu yang paling aku ingat. Entahlah, bukannya aku gak percaya sama Alvin. Kalau di telaah lagi, omongan Prissy memang ada benarnya.

Pertama : Alvin jarang SMS. Hari tiga kali memang terhitung jarang buat orang yang punya hubungan jarak jauh seperti aku dan Alvin.

Kedua : Alvin jarang nengokin. Jarak Jakarta- Jogja emang jauh. Tapi kan ada pesawat. Pacar Sivia ja datang dua bulan sekali dari Aceh buat nengokin Sivia. Kalau dibandingkan dengan Alvin, jelas lah tingkat ekonomi Alvin jauh di atas pacar Sivia itu.

Dan banyak lagi ucapan-ucapan Prissy yang entah mengapa bikin kepikiran.

Akhirnya aku mulai mencoba menghubungi Alvin. Supaya semuanya jelas.

“Hallo Fy, kenapa?”

Seperti biasa. Kalau aku yang pertama menelepon pasti Alvin menanyakan kenapa aku menelepon. “Gak papa. Pengen denger suara kamu aja.”

“Oh, nanti kamu kirim voice note aja ya Fy. Besok masih ada ujian nih.”

Aku menghela napas. Alvin memang biasa seperti ini kalau memang dia sedang ujian. Tapi entah mengapa setelah semua yang diceritakan Prissy tadi siang membuat semuanya jadi terasa berbeda. Kali ini jadi terasa hampa. Aku jadi ragu pada pendirianku selama ini.

“Oh, oke.. sukses ujiannya ya.”

“Iya good night..”

“Nite too…”
Aku menutup sambungan teleponnya. Mungkin setelah sekian lama, aku kembali kecewa pada sosok Alvin.

Aku jadi penasaran untuk mengubungi Rio.

“Ify, tumben banget nelepon. Ada apa?”


Suaranya memang terdengar sangat antusias. Rio memang selalu begitu saat aku berbicara dengannya. “Besok lo masih ujian ya Yo?”

“Iya, kenapa emangnya?”
“Ke ganggu gak nih gue nelpon lo malem-malem?” Oke, aku Cuma pengen tahun gimana reaksi Rio.

“Enggak lah Fy. Apa sih buat kamu?”

Aku kembali menghela napas. Bahkan Rio yang jelas bukan siapa-siapaku saja mau menemaniku di telepon.

“Gue mau pinjem buku lo yang kemarin. Besok kalau bisa bawa ya.”

“Boleh aja. Nanti ketemu di depan fakultas lo aja ya.”

“Iya. Udah dulu ya Yo. Maaf ganggu.”

“Gak masalah. Kapanpun gue pasti bersedia kok lo telepon.”

***

Ku tahu kamu bosan, ku tahu kamu jenuh
Ku tahu kamu tak tahan lagi

Aku mengurungkan niatku untuk menyuapkan es krim coklat kesukaanku itu saat mendengar suara khas dari vokalis band Vierra yang kini sudah berganti nama itu.

Ini semua salahku, ini semua sebabku
Ku tahu kamu tak tahan lagi

Aku jadi ingat Alvin. Aku jadi ingat semua pikiranku tentang Alvin tadi malam.

Jangan sedih, jangan sedih
Aku pasti setia

Lagu itu kian menggelitik pikiranku. Membayangkan Alvin yang menyanyikan bait tadi.

Aku takut kamu pergi
Kamu hilang, kamu sakit
Aku ingin kau di sini
Di sampingku selamanya

Aku segera menyeka mataku. Semua ini salahku. Semua ini aku yang memulai. Aku yang membuat semuanya jadi terasa rumit. Harusnya aku percaya pada Alvin. ini hanya ketakutanku saja. Aku harus meminta maaf padanya.

“Iya sayang?”

Suara Alvin terdengar menyapa di sebrang sana. Pantaskah aku di panggil sayang setelah semua keraguanku pada Alvin?

“Vin, aku minta maaf..”

“Maaf? Untuk apa?”

“Maaf, aku sempet mikir yang enggak-enggak tentang kamu. Aku sempet ragu kamu setia sama aku.” Tak ada jawaban dari Alvin. Aku kembali terisak. Alvin pasti marah.
“Maaf..” lirihku pelan. Searaku makin tak terdengar jelas saja. Isakanku malah terdengar semakin jelas.
“Maaf..” kataku lagi. Alvin tak kunjung menjawab suaraku. Aku gak mungkin bisa kehilangan Alvin.
“Kamu tahu kan aku sayang banget sama kamu. Aku tahu kamu percaya sama aku. Aku juga percaya sama kamu. Jangan nangis lagi..”
Suara Alvin itu malah membuatku makin merasa bersalah. Aku memang percaya pada Alvin. Seperti Alvin percaya sepenuhnya padaku. Dari dulu Alvin memang tak pernah berubah. Akan selalu menyayangiku dengan caranya. Dan aku suka Alvin yang apa adanya.


SELASAI



1 komentar:

  1. Bet365 casino bonus codes December 2021 - JM Hub
    If you're looking for 순천 출장샵 an easy to use 보령 출장마사지 site that offers a 춘천 출장안마 generous 오산 출장안마 welcome bonus, then Bet365 Casino is your  Rating: 5 · ‎2 reviews 충청북도 출장안마

    BalasHapus