Sabtu, 11 Februari 2012

Salah (Cerbung.bag6)

“jadi kakak belum tau tentang ini?” Cakka mengangguk. “beneran?” Tanyanya lagi, mungkin saja gerakan yang dilihatnya tadi salah.

“Beneran Shilla. Gue baru tahu ini dari elo. Kenapa Ify gak cerita ya?” Shilla memucat. Ia takut salah bicara. Mungkin saja Ify tak mau menceritakannya pada Cakka karena ada suatu hal yang menurut Ify tak perlu ia bercerita pada cakka. Sedangkan dirinya, seenak jidatnya sendiri menceritakan masalah pribadi sahabatnya itu.


“Kak, kakak gak marah kan?” Cakka mendongak. Bingung. Marah? Marah pada siapa? Kerena apa? Karena Gabriel menjelek-jelekannya? Cakka tak bisa marah begitu saja. Ia sekelas dengan Gabriel hampir dua tahun. Cakka tau, Gabriel menjelek-jelekannya di depan Ify bukan tanpa sebab.

Cakka menggeleng. “Marah sama siapa emangnya?”

“Kak, seriusan ini !!” katanya lagi makin membuat Cakka ingin mengencangkan tawanya. “Cakka nyebelin!!” cakka mencubit pelan pangkal hidung Shilla. Senang sekali melihat raut wajah Shilla yang seperti ini.
“Shil, kalau misalnya Gabriel bilang hal-hal begitu karena cemburu liat gue sama Ify, menurut lo masuk akal ga?” Shilla mengerutkan dahi.

“Bisa aja sih kak. Emang kak Gabriel  gak tau kalian sodaraan?” Cakka mengangkat bahu. Selama dua tahun sekelas dengan Gabriel, ia tak begitu dekat dengan cowok itu. Gabriel terlalu sibuk dengan berbagai macam kagiatan-kegiatan yang dijalaninya. Mungkin Gabriel satu-satunya teman cowok yang tak pernah ia kunjungi rumahnya kerena terlalu sibuk.

“gue gak terlalu deket sama dia Shil. Lagian, gue sama Ify disekolah jarang saling sapa. Berangkat bareng aja baru minggu-minggu ini kan? Setau gue juga Ify deket kan sama Gabriel” Shilla mengangguk setuju. Tapi yang ia heran, kenapa harus menjelak-jelakan Cakka segala? “Kalau memang kayak gitu, gue harus cepet-cepet klarifisasi sama Gabriel deh. Gue kira, cara jadiin Ify cewek –pura-pura- gue gak akan serumit ini?” Shilla menepuk pundak Cakka dan mengulusnya.

“Kenapa kakak gak coba cari cewek lain yang emang bisa kakak jadiin pacar kakak? Maksudnya, supaya kakak juga bebas dari cewek-cewek aneh itu” Cakka terdiam. Sebenarnya dalam hatinya ada niat untuk mengandengan seorang perempuan yang memang sangat dicintainya. Namun ia takut gadis itu hanya menganggapnya hanya sekedar sahabat atau mungkin kakak.

“ehh.. maksudnya.. emm.. Shilla, Shilla tau, apa yang kakak lakukan itu yang terbaik. ” Shilla tersenyum diikuti dengan senyum cakka yang juga mengembang. Diraihnya telapak tangan Shilla yang bertenjer di bahunya. Shilla keget,bukan saja karena itu. Namun kini Cakka menggenggam  jari-jari mungil Shilla.

“Kalau gue minta elo jadi cewek  itu, elo mau?” ucapnya ragu. Tentu saja Shilla kaget mendengar permintaan laki-laki di depannya ini. Shilla menganga, tak menyangka Cakka akan mengucapkan kalimat itu. “aku udah lama sayang sama kamu Shil. Sejak kamu SMP, sejak aku ketemu kamu, sejak aku tau nama kamu, sejak kamu jadi temennya Ify, sejak kamu sering main ke rumah” Shilla tak mampu berbaling dari tatapan mata Cakka yang memancarkan kehangatan. Ia tak bisa menyangkal bahwa ia juga menyayangi kakak sahabatnya ini.

“Shil, apa kamu punya perasaan yang sama seperti apa yang aku rasakan?” Shilla menganga. Antara ingin bicara namun tak kunjung mengeluarkan suara. Shilla banar-benar tak menyangkan cintanya ternyata terbalas, tak bertepuk sebelah tangan. “gak usah jawab sekarang Shil. Mungkin aku bisa kasih kamu waktu sama masalah Ify dan Gabriel selsai. Aku pulang ya.. siap-siap buat kemping sore ini” Cakka pun berdiri. Sebelumnya dikecup lembut punggung tangan Shilla yang sedari tadi digenggamnya.

***

“Ify, aku mau ngomong” Ify hanya melirik sebentar, lalu tanpa memperdulikan pemuda disampingnya itu ia kembali sibuk dengan pekerjaannya.

“Ify, aku mau ngomong” ulangnya lagi. Tetep tak peduli, Ify berpura-pura tuli dan berlaga tak melihat Gabriel berada di sampingnya.

“Ify.. please. Kamu jangan cuekin aku kayak gini dong”

“Maaf, sebentar lagi kita mau berangkat. Kalau aku gak cepet-cepet cek barangnya, nanti takut gak selsai dan ada yang ketinggalan” Gabriel menghela nafas. Ify kembali (berpura-pura) sibuk dengan tugasnya.

“Sebentar aja. Aku gak mau kamu salah paham Fy”

“Salah paham gimana sih kak? Kakak mau ngomong apa lagi?” Ify melipat tangannya di dada. Kesal juga lama-lama pada laki-laki ini. sejak kemarin Gabriel bilang ingin menjelaskan semuanya, namun nyatanya ia tetep mengatakan yang tidak-tida tentang kakaknya.

“Aku liat Cakka sama cewek”

“Ya emang kenapa kalau sama cekek? Cewek itu cewek yang kakak taksir?” Ify melengos. Ia kembali pada pekerjaannya dan memasukan barang-barang yang di ceknya tadi ke dalam sebuah tas. “Maaf, Ify buru-buru. Masih ada yang harus Ify selsaikan” gadis itu pun pergi. Gabriel pusing sendiri. Bagaimana caranya ia menjelaskan semua maksud baiknya pada Gadis ini? ia mengacak rambutnya. Frustasi.

***

“Fy, punya air panas gak? Laper.. hehe” Ify mendongak. Dilihatnya Alvin berdiri di depan tendanya sambil mengelus perutnya. Tanpa menjawab pertanyaan Alvin, Ify mengambil termos dari kotak tempat ia menyimpan termos kecil yang dibawanya.

“Mana sini?” pintanya, meminta cup mie instan yang dipegang Alvin. Dengan senang hati Alvin memberikannya pada Ify. Senyumnya makin mengenbang saat Ify menuangkan air panas itu pada cup mie nya.

“makan disini boleh?” tanyanya setelah ia kembali menerima cup mie yang telah Ify beri air.

“abang kemana?” Tanya Ify sambil menyimpan kembali termos air kembali pada tempatnya.

“Gak tau. Tapi pas acara pembukaan selsai dia ngilang. Gak jalan-jalan Fy?” Tanya Alvin pada Ify yang ikut duduk di teras tenda yang Ify dan teman-temannya tempati. Ify hanya menggeleng lemas.

“Elo kenapa sih? Murung terus? Mana cantiknya Ify Alyssa?” Ify tersenyum samar. Alvin mengelus lembut pucuk kepala Ify.

“Gomball!!”

“Hahahaa…” keduanya tertawa. Namun, sejurus kemudian, tawa mereka terhenti. Saat didapati sepasang sepatu berjalan kea rah mereka dan berdiri di sana.

“Fy, bisa ngomong sebentar?” Ify dan Alvin menoleh. Didapatinya Gabriel tengah berdiri di depan mereka.
Ify diam. Ia sama sekali tak ingin melihat Gabriel. Entah mengapa rasa kagum pada laki-laki itu sirna seketika saat ternyata Gabriel tak sesempurna yang dibayangkannya.

“Kalau gitu, gue mau cari Cakka dulu ya Fy.. Gabriel” Ify mengendus. Mengapa Alvin harus pergi? Sedangkan Gabriel tersenyum. Seolah berterima kasih pada Alvin untuk meninggalkannya berdua dengan Ify.
Ify masih keukeuh membuang pandangannya. Gabriel bergeming. Mencari kata-kata yang pas untuk dikatakannya pada gadis ini.

“Mmm.. Fy,, aku mau minta maaf soal yang kemarin” Gabriel menggigit ujung bibirnya. Gadis itu sama sekali tak menampakan perubahan. “Fy..” panggilnya lagi.

Ify itu gak suka kekerasan. Perlakukan dia dengan lebut. Dia pasti luluh 

Diraihnya tangan kiri Ify, berniat untuk menggenggam telapak tangan gadis itu. Namun, Ify kembali menarik tangannya. Lalu beringsut berdiri menjauhi Gabriel.

“Fy..” pandangan matanya mengikuti arah menana gadis itu pergi.

“Aku cape. Aku mau istirahat. Bisa kakak tinggalkan tenda ini?”

“Fy, aku mau ngomong sebentar aja ya?” kembali diraihnya pergelangan tangan Gadis itu. Ify menepisnya kasar, membuat Gabriel bingung. Tak disangka, tubuh Gabriel merosot. Tak tau harus berbuat apa, ia bersimpuh di depan gadis itu. Tak peduli bila ada yang melihatnya. Ia rela mengorbankan harga dirinya untuk gadis ini.

“Kak Gabriel apa-apaan sih?” Ify menyuruh Gabriel berdiri. Gabriel menggeleng.

“Aku gak akan berdiri sampai kamu maafin aku!”

“untuk apa kakak minta maaf?”

“Aku tau… aku salah Fy. Aku salah menilai Cakka. dia bukan seperti apa yang aku katakan tempo hari. Aku minta maaf”

“Kak, kakak berdiri!”

“Enggak Fy!”

“Berdiri kak!”

“Enggak! Sampai kamu maafin aku”

“Terserah! Aku gak akan peduli kakak lagi!” Ify pun pergi, meninggalkan Gabriel yang akhirnya berdiri dan mengerjar Ify. Ditahannya lengan Gadis itu, walau ditepis, namun Ify menghentikan langkahnya. Gabriel masih memandang punggung gadis itu.

“Aku minta maaf”

“Kakak minta maaf sama kak Cakka. itu yang penting. Karna bukan aku yang kakak sakiti”

“aku tau aku salah Fy. Sekarang aku tau semuanya. Cakka adalah kakak kandungmu”

“terus, apa maksud kakak bicara yang tidak-tidak tentang kakakku?”

Gabriel menunduk. Didekatinya gadis di depannya ini. “Aku.. aku.. aku cemburu Fy!” ify bergeming. Tentunya ia keget. Namun ia juga bahagia? Tiba-tiba saja rasa kesalnya pada Gabriel hilang. Ia memang tak pernah bisa benar-benar marah pada laki-laki ini. tiba-tiba saja jantungnya berpacu lebih cepat. Seluruh tubuhnya terasa dingin. Ify merasa gugup mungkin? Namun, Ify tetaplah Ify. Ia tetap saja memangku tangannya di depan dadanya

“Udah lama aku sayang sama kamu Fy. Aku gak mau kamu sakit nantinya”

“Kalau memang itu alasan kakak. Kenapa kakak harus bilang yang enggak-enggak tentang kak Cakka? apa semudah itu kakak menilai orang?” Gabriel menghela nafas. Dihampirinya gadis itu. Ia menyentuh pundak Ify dan ‘memaksanya’ untuk menghadap padanya.

“Waktu itu aku ketemu Cakka di toko kaset. Cakka gak sendiri, dia sama cewek, cantik. Aku gak kenal siapa cewek itu. Mungkin mereka emang gak liat aku ada disana. Yang aku dengar, mereka ngomongin kamu. Tapi mereka malah ketawa-ketawa pas Cakka cerita tentang hubungan kalian yang ternyata pura-pura itu” Gabriel tersenyum samar “Cakka keliatan akrab banget sama cewek itu. Aku takut Cakka bakal mainin kamu Fy. Kamu percaya sama aku kan?” Gabriel menarik dagu tirus gadis itu. Mau tak mau, Ify harus memandang kedua bola mata itu. Hangat. Dan sangat menenangkan.

“tapi caranya bukan seperti itu kan kak? Kalaupun aku memang benar-benar pacarnya kak Cakka, kakak gak boleh semudah itu menjudge seseorang”

“aku tau.. aku minta maaf Fy” Ify malah tersenyum. Melihat wajah Gabriel yang terlihat sangat menyesal seperti ini malah membuatnya geli.

“Udah lah kak. Yang penting, kakak gak ulangi lagi. Semua orang gak ada yang sempurna”
“jadi kamu maafin aku?”

“Ihhhh.. kan aku bilang jangan minta maaf sama aku. kakak gak salah sama aku”

“Kalau gitu, kita baikan?” Gabriel mengacungkan jari kelingkingnya di depan Ify. Ify tersenyum dan balas mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Gabriel.

“Baikan”

“Gak jadian?” Gabriel tersenyum menggoda. Tiba-tiba saja, rona kemerahan timbul di kedua pipi gadis tirus itu.

“Kakak apaan sih?” jawabnya malu-malu.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar