Akhirnya Cakka kembali membawa Ify ke rumah Alvin. Ia sempat kaget saat mendapati adiknya menyusulnya kembali ke parkiran dengan wajah yang kuranmeter itug enak untuk di pandang. Khawatir meninggalkan Ify yang saat itu sama sekali tak bisa ditanya, Cakka kembali mengajak Ify ke rumah Alvin. Siapa tau itu akan sedikit menghibur Ify. Walau sebenarnya ia tak tau penyebab kecemberutan yang melanda adiknya.
Ify berusaha menikmati pesta kecil-kecilan yang dibuat oleh Alvin. Ia masih kesal dengan sikap bu Novi padanya. Ify tau dirinya memang bersalah. Tapi kan lupa itu hal yang wajar. Manusiawi! Tapi kenapa guru yang satu itu tak memberinya kesempatan untuk menjelaskan lebih lanjut tentang keterlambatannya. Bahkan usahanya bersama Cakka kebut-kebutan di jalan hanya untuk menghadiri rapat itu pun tak sedikitpun dihargai. Ia benar-benar dipermalukan di depan banyak orang!
“Kamu Ify, kenapa baru datang?” suara wanita paruh baya itu terdengar menggelengar ke seluruh penjuru ruangan 12 x 10 meter itu. Ify menunduk, tak berani menatap mata sang guru yang menatapnya tak suka dengan keterlambatannya.
“Maaf bu,”
“Bukan hanya maaf yang saya dan teman-temanmu butuhkan! Kamu tau ini jam berapa?” ditanya seperti itu, dengan polosnya Ify melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Dan memang pada dasarnya ia tak tau sekarang pukul berapa.
“Jam tiga kurang seperempat” jawabnya polos.
“empat puluh lima menit kamu terlambat masih berani datang? Ckckck..”
“Maaf bu, saya lupa” belanya. Semua yang ada di ruangan itu pun menatap Ify dengan tatapan aneh. Cari mati memang bilang bahwa ia lupa.
“Lupa? Gampang sekali kamu bilang lupa! Lihat teman-temanmu, mereka datang tepat waktu! Apa kamu gak maulu? Dengan enaknya kamu bilang kamu lupa. Acara sepenting ini kamu bisa lupa. Bagaimana dengan hal-hal kecil yang mungkin juga penting?”
“…..”
“sudahlah. Tutup pintu dari luar” ucap bu Novi dengan nada tak setinggi tadi. Namun tetap terdengar judes dan mengerikan. Tak ada yang berani membelanya. Ify pun tak menyangka. Sedikit berfikir juga apa maksud dari ‘tutup pintu dari luar’ yang dikatakan bu Novi barusan.
Ya ampun !
Ify baru tersadar. Tutup pintu dari luar. Sama saja gurunya itu menyuruhnya untuk keluar dengan cara yang halus. Tapi tetap saja, ia sama-sama diusir !
Ify sempat melirik pada Gabriel. Pemuda itu hanya diam. Saat pandangan mereka bertemu, Gabriel membuang muka. Dan tentunya membuat Ify kecewa.
Tak mendapat pembelaan dari siapapun, Ify terpaksa berbalik dan melangkah keluar untuk melaksanakan perintah gurunya itu. Menutup pintu dari luar !
Mengingat kejadian tadi membuat raut wajahnya yang tadinya kesal menjadi semakin kesal. Sebenarnya ia bukan kesal karena tak bisa mengikuti rapat. Bahkan ia akan sangat senang bila rapat-yang-merepotkan- itu ditiadakan. Ia kesal dipermalukan di depan banyak orang. Dan yang paling membuatnya takut, ia takut Gabriel marah padanya. Ekspresi yang diberikan Gabriel membuatnya khawatir. Takut Gabriel tak mau bicara dengannya.
“hey, kok mukanya jelek sih?”
“Hah?” ify terkejut dan menoleh ke sebelahnya. Didapatinya Alvin sedang duduk di sebelahnya. “Eh, apaan sih kak !” katanya setelah mencerna kata-kata yang tadi mampir ke telinganya dan berhasil mengagetkannya.
“Elo tadi balik lagi kesekolah?” ify mengangguk. Wajahnya kembali terlihat murung. Ify benar-benar takut Gabriel akan marah padanya. Dan sepertinya itu memang akan terjadi. “Kok udah balik lagi? Mana kata Cakka tadi elo gak bisa ditanya. Kenapa?” Ify menghela nafas. Ia melirik sahabat kakaknya itu. Alvin hanya nyengir, ia mengacungkan jari tengan dan telunjuknya. Tak bermaksud memaksa Ify untuk menceritakan semuanya.
“Gue gak boleh ikut rapat! BĂȘte kan? Mana tadi dimarahin dulu lagi di depan orang-orang. Malu kan kak!!” ceritanya dengan kesal. Ify menyimpan kadua sikunya di atas lutut dan menumpukan dagu tirusnya di atas telapak tangannya.
“Elo kan emang malu-maluin Fy! Hahahahaha” Ify mendelik dan meninju palan lengan Alvin.
“Aduhh.. sakit dong Fy” ringisnya sambil mengusap lengannya. Padahal tinju Ify tadi sama sekali tak berasa sakit untuk lengannya. “Sorry deh.. kalau gitu jalan yuk?”
“Kapan?”
“Sekarang juga boleh” Alvin tersenyum. Ify kembali melirik pada Alvin. “Kanapa? Ada yang salah?” Tanyanya. Aneh dengan tatapan Ify yang menatapnya dengan tatapan aneh.
“kakak kan lagi punya acara. Mau ditinggal? Gimana sih?”
“Oh iya. Hahaha.. gue lupa temen-temen gue masih disini. Gue kira tadi Cuma gue sama elo aja, haha”
“Serasa dunia mulik berdua gitu?”
“haha.. berarti elo udah mau ya kalau gue ajak main? Gue kesana dulu” Alvin pun berdiri. Sebelum pergi, ia mengacak lembut puncak kepala Ify. Ify hanya tersenyum sambil menggelangkan kepalanya. Dasar Alvin! Dari dulu tak pernah berubah.
***
“Ini hasil rapat tadi” Ify mendongak, hamper tak percaya dengan sikap Gabriel padanya kali ini. ify kira, setelah Ify menerima pesan singkat dari Gabriel untuk bertemu sekarang juga, Gabriel akan habis-habisan memarahinya. Bahkan kali ini ia masih bisa melihat senyum khas Gabriel menghiasi wajah tampannya.
“Kakak gak marah sama aku?” Gabriel mengerutkan dahi.
“marah? Buat apa?”
“aku kan gak nepatin janji kak”
“kenapa harus marah sih fy? Aku yakin kamu punya alas an kenapa kamu datang telat. Nih ambil”dengan senyum mengembang, Ify buku tulis yang disodorkan Gabriel kepadanya. “kamu baca aja dulu. Nanti kamu buat laporannya. Kalau bisa lusa udah jadi ya?”ify mengangguk. Sekarang ia lega. Ternyata Gabriel tak sedikitpun marah padanya.
“makasih ya kak..” ucapnya tulus.
“fy, aku minta maaf” tanpa menjawab ucapan terimakasih yang Ify ucapnya, Gabriel malah membuat Ify bingung.
“Maaf? Untuk apa?” apakan Gabriel sedang menyindirnya? Bukankah seharusnya ia yang meninta maaf? Bukannya ia yang salah karena telat datang?
“maaf tadi aku gak bisa belain kamu. Kamu tau kan gimana bu Novi itu?” ify mengangguk. Ya ampun laki-laki ini memang sangat istimewa. Ify pun kembali tersenyum ia semakin kagum dengan sosok Gabriel.
“Kalau boleh tau, tadi kamu kemana? Kok sampe lupa ada rapat?”
“tadi aku ke rumah kak Alvin. Hehe..”
“Alvin? Aku juga belum kasih apa-apa sama Alvin. Bukannya itu acara khusus anak kelas ya?”
“Iya, memang begitu. Selain aku emang udah deket juga sama kak Alvin, aku di ajak kak Cakka. Aku lupa hari ini ada rapat. Pas tadi juga ingetnya kak Alvin bilang kakak gak bisa dateng karna ada rapat. Hehe”
Setelah nama Cakka keluar dari mulut Ify dan mampir di telinganya, Gabriel sudah tak lagi mendengarkan alas an yang Ify sampaikan padanya. Begitu mendengar nama Cakka, pikirannya menerawang mengingat kejadian kemarin saat ia tak sengaja melihat cakka dengan seorang gadis yang tak dikenalinya di toko kaset.
Tangannya mengepal, wajahnya berubah kesal. Mengingat apa yang dilihatnya kemarin membuatnya memberikan penilaian pada Cakka. Cakka hanya ingin mempermainkan Ify. Itulah yang bisa disimpulkannya dari membicaraan Cakka dan gadis itu. Wajah marah pun kiat terlihat di wajah Gabriel.
“kak, kakak kenapa?” Gabriel tersadar ketika tangan Ify melambai-lambai di depan wajahnya. Ia menatap sendu gadis di depannya ini. ia tak mau Ify disakiti. Gadis ini terlalu baik untuk disakiti. Bagaimanapun caranya, ia harus menjauhkan Ify dari Cakka. Gadis ini tak boleh terluka.
“Kak, kak Gabriell..”panggilnya sekali lagi. Karena bukannya menyahut, Gabriel malah menatapnya aneh.
“Eh.. em Fy.. ngomong-ngomong tentang Cakka,, kamu mending jauhin dia deh”
“Hah? Kenapa?” Ify mengerutkan kening. Apa maksud dari ucapan Gabriel? Perasaan cakka bukanlah anak yang nakal. Cakka tak pernah dan tak suka cari masalah. Untuk apa juga ia manjauhi kakaknya?
“cakka bukan cowok yang baik”
“maksud kakak apa?” Ify sudah tak habis fikir dengan Gabriel. Apa masalah apa Cakka dan Gabriel? “Kakak ada masalah sama Kak Cakka?”
“gue yakin, kalau kamu mau ngikutin usul aku, kamu gak akan nyesel Fy” Ify pun makin mengerutkan keningnya. Menyesal? Jadi menurut Gabriel ia akan menyesal bila terus dekat dengan kakaknya sendiri? “Fy, dia bukan cowok seperti yang kamu kira. Dia gak baik Fy.. kamu mau kan jauhin Cakka?”
Ify tersentak. Enak saja! Apa maksudnya Gabriel berbicara seperti itu. “kenapa sih kak? Kak cakka kenapa emangnya? Jangan Cuma gara-gara dia ngajak aku ke pestanya kak Alvin kakak jadi gak suka sama kak cakka. Ini murni Ify yang salah”
“Fy, percaya sama aku. Jauhin Cakka dan kamu gak akan pernah nyesel” Gabriel ikut meninggikan volume suaranya. Sambil memegang bahu Ify, Gabriel berusaha meyakinkan Ify. “Kamu terlalu baik Fy”
Gabriel tersentak, saat tangan Ify tiba-tiba menepis tangannya yang memegang bahu Ify. Ify mengelengkan kepalanya. “Enggak! Aku gak mungkin jauhin kak Cakka! Dia yang terbaik dan akan selalu jadi yang terbaik!” Tekannya lalu segera meninggalkan Gabriel yang entah mengapa tiba-tiba menjadi aneh.
“Fy,, Ify.. Ify tunggu..”Gabriel meraih pergelangan tangan Ify. Ia bisa menahan Ify dan membuat gadis itu kembali menghadap dirinya.
“Apaan sih kak. Lepasin gak?” ancamnya. Gabriel tak menggubris. Ia makin mengencangkan cengkramannya di pergelangan tangan Ify.
“Fy, aku gak mau kamu nyesel nantinya. Aku..”
“Apa sih kak maksud kakak? Mau ngejelek-jelekin kak Cakka lagi?” sambarnya memotong kalimat yang akan diucapkan Gabriel.
“Fy, dengerin aku dulu..”
“Apa? Aku tau kak Cakka gimana? Aku jauh lebih dulu kenal kak cakka dari kakak! Kakak jangan ngomong yang aneh-aneh deh.”
“Fy..”
“Udah deh kak. Aku gak akan per---”
“IFY DENGERIN AKU DULU !!” Ify tersentak. Tak percaya Gabriel bisa membentaknya seperti ini. matanya kian memantang Gabriel. Tak terima dibentak seperti itu. “So.. sorry.. aku gak maksud” Gabriel merasa bersalah.
“Mau kakak apa sih? Lepasih tangan aku gak?” perlahan Gabriel melapeskan cengkraman tangannya. Ify mengusap bagian yang baru saja terlepas dari tangan Ify.
“Ternyata kakak gak sebaik yang aku kira” katanya kini benar-benar meninggalkan Gabriel.
“IFY, AKU SAYANG SAMA KAMU. BAHKAN AKU CINTA SAMA KAMU. AKU CUMA GAK MAU KAMU KECEWA NANTINYA” mendengar ucapan Gabriel membuat Ify sempat menghentikan langkahnya. Namun ia tak menoleh, apalagi berbalik. Ify terlanjur kecewa pada Gabriel.
***
“Ify, elo kenapa?” Shilla benar-benar dibuat bingung dengan sahabatnya ini. sejak ia mengangkat telfon dari Ify, Ify tak sedikitpun bicara padanya. Yang terdengar hanya isakan tertahan Ify.
“Ify, elo gak papa kan? Apa gue perlu ke rumah lo sekarang?” tanyanya khawatir.
Barulah Ify mau bicanya. Sambil mengontrol emosinya, ia mulai menceritakan semuanya pada Shilla. Bahkan Shilla sendiri tak menyangka ada yang bicara seperti itu tentang Cakka.
“Gua bingung Shil. Elo tau kan gue suka sama kak Gabriel tuh udah lama banget. Dia bilang sayang sama gue. Bahkan dia bilang cinta. Tapi gue gak terima abang gue dikatain kayak gitu.”
“iya, iya.. elo mendingan sekarang tenang dulu deh. Mungkin kak iel punya alasan dia jelek-jelekin kak cakka.”
“Shilla, dia jelas-jelas jelek-jelekin abang di depan gue. Gu tau abang kayak gimana. Dan gimana pun alasannya, bukan berarti dia harus jelek-jelekin abang gue kan? Shil?”
“Ya udah, kak cakka udah pulang belum?”
Ify menggeleng. “belum. Dia masih di rumah kak Alvin.”
“Kalau gitu elo tenang dulu deh. Nanti pas abang lo udah dateng, elo cerita semuanya. Dia pasti punya solusi yang baik buat elo”
Ify pun menurut. “Makasih ya Shil”
“Iya, sama-sama. Tapi nanti setelah gue tutup telfonya elo jangan nangis lagi ya?”
“Iya. Bawel ah..”
“Ya udah., udahan dulu ya Ify..”
“Sekali lagi makasih Shilla..”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar