Jumat, 13 Juli 2012

Salah (cerbung bag.15)

Langkahnya terdengar santai dengan ketukan sepatu kets hitam yang beradu dengan aspal hitam yang membalut jalanan kompleks perumahan sederhana yang sedang di lewatinya. Dengan seikat mawar di tangannya, laki-laki itu terus saja menebar senyum sambil sedikt membungkukan badannya saat bertemu dengan seseorang yang kebetulan bertemu dengannya. Gabriel sengaja tak membawa motornya, ia titipkan motor kesayangannya itu di toko bunga Rio. Ia tak ingin mawar yang indah ini rusak gara-gara tertiup angin, atau rusak karena masuk ke dalam tasnya.


Langkahnya semakin melebar saat di ujung matanya terlihat pagar berwarna jingga dengan bangunan yang akhir-akhir ini sering ia kunjungi walaupun ia tak pernah bertemu dengan pemiliknya –pemilik hatinya-.

Gabriel membuka pagar itu perlahan. Sangat hati-hati. Ia tak mau mengganggu gadisnya yang sedang beristirahat di kamarnya yang letaknya ada di lantai dua tepat di atas ruang tamu rumah itu. Gabriel berhasil membuka pintu itu, matanya melihat sepeda motor hitam terparkir disana. Mirip sepeda motor miliknya?

Gabriel mengerutkan kening. Lalu tersenyum miring. Rupanya ia kalah start?

“Enggak kok. Gue Cuma kecapean.. Oh ya kak...” Gabriel kenal suara itu. suara gadisnya. Eh, apakah setelah ini gadis itu akan tetap jad gadisnya? “Eee.. gue mau Tanya sesuatu..”

Gabriel menatap nanar seikat mawar yang dibawanya. Haruskah ia sampaikan pada gadisnya itu? Ia jadi ragu untuk masuk ke dalam. Kali ini tak terdengar apa pun dari dalam. Gabriel berbalik, bermaksud untuk pulang. Namun tak bersama mawar yang sejak tadi ia bawa. Mawar itu tergeletak begitu saja di lantau setelah sebelumnya Gabriel memutuskan untuk tak memberikannya pada Ify.

“Tanya apa?”  kali ini berganti suara Alvin yang terdengar. Benar kan? Alvin ada di dalam!

Gabriel meremas rambutnya. Nyatanya ia memang tak bisa kehilangan gadis itu. Ia melirik pintu kayu yang sedikit terbuka. Ify, Ify , Ify dan Ify. Gadis itu memang tak pernah hilang dari kepalanya. Gabriel kembali melangkah. Meski tak rela, ia hanya ingin gadis itu yang menentukan plihannya. Bukan karena paksaan atau karena mendapat tekanan.

***

“Kamu mau tanya apa?” Ify masih menunduk. Sebenarnya ia sangat ragu mawar merah tadi pagi pemberian Alvin. Tapi kenapa ia juga tak bsa percaya mawar itu dari Gabriel?

“Fy..” Alvin menggoyangkan telapak tangannya di depan wajah Ify. “Fy.. Ify..” panggilnya sekali lagi.

“Eh ya kenapa?” Ify jadi linglung sendiri. Bukannya tadi ia yang mau bertanya pada Alvin?

“Lho, kamu mau tanya apa?” Alvin tersenyum melihat Ify yang sepertnya kebingungan. Gadis ini memang begitu manis.

“Em.. kakak tau soal mawar yang tiba-tiba ada di kamarku tadi pagi?” Alvin mengerutkan kening.

“Mawar? Mawar apa?”

“Jadi, bukan kakak yang kirim aku mawar?” Alvn menggeleng. Ify semakn bingung. Harapannya kembali muncul. Apakah Gabriel? Tapi mengapa laki-laki itu tak juga muncul seperti kata bundanya tadi?

“Kak, aku mau istirahat” tanpa berkata lagi, Ify segera pergi. Sama sekali tak menghiraukan Alvin yang jadi terheran-heran dengan tingkah gadis itu. Ia hanya bisa memandang punggung gadis itu yang lama kelamaan hilang. Alvin menghela nafas. Sesulit inikah meminta gadis itu untuk menyerahkan hatinya?

***

Get Well Soon :)

Ify kembali membaca tulisan itu. Ify menggigit bibirnya bawahnya, pandangannya mulai kabur. Sedikit saja ia mengedip air itu pasti sudah meleleh membasahi pipinya. Kepalanya kembali terasa pusing. Perlahan ia membawa tubuhnya berbaring ke atas tempat tidur. Menutup matanya. Sesak itu kembali tersara,perih, hampa.

***

“Jadi kakak ajak aku kesini Cuma untuk diem-dieman aja?” tak tahan dengan suasana yang dibuat laki-laki di sebelahnya ini, akhirnya Shilla buka suara.

“Aku gak punya kata-kata yang pas buat basa basi.” jawabnya. Shilla menoleh. Sudah lama sekali ia tak melihat wajah ini dari dekat. Matanya, hidungnya, bahkan Shilla hapal betul letak bekas jerawat yang pernah ada di wajah Cakka.

Seketika Cakka juga menoleh, membuat mata mereka bertemu. Shilla cepat-cepat mengalihkan pandangannya.

“Emang kakak mau ngomong apa?”

“Apa aku pernah bilang aku suka kamu?” Shilla tau, akhirnya pasti Cakka akan membahas soal ini. Shilla mengangguk. Sungguh ia senang mendengar ini dari Cakka. Setelah menjauhi Cakka atas saran Zahra supaya ia mengetahui perasaannya yang sebearnya pada laki-laki itu, kini Shilla telah mengambil keputusan. Dan ia sangat yakin dengan apa yang akan di ambilnya.

“Berapa lama ya Shil gue nunggu?” Shilla kembali melirik Cakka. apakah selama itu ia menggantungkan Cakka terlalu lama?

“Mungkin gue gak cukup sabar untuk terus nunggu jawaban itu Shil. Sebenernya gue juga gak tau elo mau jawab atau engga.”

“Kak..”

“Selama itu juga gue mikiri apa elo juga suka sama gue? Atau itu Cuma gue aja yang kegeeran ngerasa elo juga punya perhatian lebih buat gue?”

“Kak, kakak gak ….”

“Dan akhirnya gue udah ambil keputusan” Cakka sama sekali tak memberikan kesempatan Shilla untuk bicara. Shilla menatap Cakka bingung. Apa sebenarnya diinginkan laki-laki ini?

Cakka tersenyum menatap Shilla, lalu digenggamnya kedua tangan milik Shilla. “Shil, gue mau mundur aja.” Katanya. Shilla langsung mendongak dan menggelengkan kepalanya tak percaya? Apa? Mundur? “Gue gak bisa terus-terusan kayak gini Shil. Jadi lebih baik gue mundur dan mungkin gue akan buka hati gue untuk orang lain”

Shilla menghempaskan dengan kasar kedua tangan Cakka yang tadi menggengamnya. Shilla segera berdiri, lalu berbalik membelakangi laku-laki itu. ia membekap mulutnya tak percaya. Pandangannya mulia kabur. Dadanya sesak.

“Gue gak mau elo terkekang dengan adanya gue Shil. Gue akan sangat bahagia kalau liat lo bahagia. Walaupun bukan sama gue” Shilla menggeleng kecil. Masih tak sadarkah Cakka dengan sikapnya? Ini bukan tangisan haru karena Shilla bahagaia Cakka membiarkannya dekat dengan orang lain. Ini bagian dari luapan kekecewaannya pada laki-laki itu.

“Munafik!” Shilla mulai terisak. Mengapa semua ini terjadi disaat Shilla yakin dengan perasaannya pada Cakka?

Cakka membuang nafas berat. Bukan hanya Shilla yang tersakiti disini, tapi juga dirinya. Ia terlalu takut untuk menerima kenyataan yang tak sesuai dengan harapannya. “Kamu akan tetap jadi adikku yang paling manis. Mungkin aku akan mencoba menyayangimu dengan cara yang lain, sama seperti aku menyayangi Ify”

“Jadi selama ini aku gak special? Buat kakak aku hanya adik yang manis yang pasti mau nurutin apa mau kakaknya.  Iya?”

“….”

“Cuma aku yang tau apa yang bisa bikin aku bahagia. Bukan kakak, atau siapapun!”

“Aku Cuma mau kakak! Bukan yang lain!”

“Shilla..” Shilla memejamkan mata, tak mau memandang wajah laki-laki yang hanya mementingkan perasaannya sendiri. “Aku minta maaf.” Perlahan jari tangannya mulai menghapus jejak-jejak air mata yang membekas d kedua pipi gadis itu. Shilla hanya bisa menggigit bibir bawahnya saat seketika Cakka telah merengkuhnya ke dalam pelukan laki-laki itu.

“kamu janji gak akan lepasin aku kan?” Cakka mengangguk. Walau ia tak tau Shilla merasakan anggukannya, namun kini Shilla balas memeluknya.

“Aku sayang kamu Shilla..”

Aku juga sayang kamu Cakka. balasnya dalam hati.

***

Bunga ini ku persembahkan untuk bidadarku tercinta, Ify..

Ify menatap seikat mawar di tangannya. membaca pesan yang terselip pada pita yang menghaisi rangkaian mawar itu membuat Ify semakin yakin, ini tulisan Gabriel. Bundanya bilang, mawar ini tergeletak begtu saja di dekat kursi di teras rumahnya. Apakah tadi Gabriel memang datang? Tapi kenapa Gabriel tak menemuinya?

Tiba-tiba handphoenya berbunyi nyaring. Ify segera meraih handphonenya dan mengangkatnya tanpa melhat siapa yang menelfonnya.

“Halloo..” katanya, dengan suara agak parau.

“Suaramu terdengar tak seperti biasanya.” Ify langsung tersadar. Dengan segera ia menjauhkan handphonenya dari telinganya dan membaca nama siapa yang tertera pada layar handphonenya. Kak Gabriel.

“kak.. Gabriel..” lirhnya tak percaya.

“Iya ini aku. Gimana keadaan kamu?” entah mengapa dadanya kembali sesak. Ini benar-benar Gabriel. Ify tak menjawab, yang terdengar hanya isakan yang kembali muncul saat mendengar suara itu.

“Ify.. kamu nangis?” Suara Gabriel terdengar khawatir. Ify diam. Ia hanya ingin mendengar suara Gabriel. “Kamu jangan nangis dong sayang, nanti cantiknya ilang loh” Ify membekap mulutnya. Gabriel baru saja memanggilnya dengan sebutan ‘sayang’. Ia merasa menjadi wanita palng bodoh yang dengan begitu saja mengecewakan Gabriel yang begitu baik padanya.

“Aku nyanyi boleh gak?” Ify mengangguk. Ify tau Gabriel tak mungkin menangkap anggukannya dan akhirnya menambahkan dengan kata persetujuan. “Boleh..”

“Emm tapi suara ku gak bagus-bagus amat Fy. gak papa ya?” Tak ada jawaban, dan akhirnya Gabriel mulai bernyanyi.

“Kau selalu mempermainkan hatiku.. hingga membuat diriku merasa tertipu..” tentunya gadis itu sangat mengerti Gabriel menyanyikan lagu itu untuknya. “Kau pun harus mengerti. Semua cinta yang kumiliki”

“Gabriel..”

“Mungkin hanya ada satu bintang yang dapat menghiasi hatimu. Dan jangan pernah engkau siakan seseorang yang ada di hatimu..”

“Pastikan hanya ada satu bintang yang slalu menyinari jalanmu. Hingga akhirnya kau sadari siapa yang ada di hatimu” Ify tau betul Gabriel sedang menyindirnya.

Isakan Ify makin terdengar olehnya. Mendengar semua itu sangat mem buatnya merasa bersalah. Ia tak suka mendengar tangisan Ify. Ia tak suka melihat Ify harus tersiksa. Terlebih semua ini disebabkan olehnya.  Gabriel mungkin memang sudah keterlaluan. Tapi ia hanya ingin Ify mengerti.

***

“Dahh..” Ify melambaikan tangannya. Alvin terlihat semakin mengecil ketika jarak antara dirinya dan Alvin semakin menjauh. Senyum pun terukir di bibir merahnya.

Tiba-tiba seja setangkai mawar ungu ada di depannya. Ify menoleh melihat siapa pemilik tangan yang menyuguhkannya mawar antic itu. Ify tersenyum saat melihat siapa yang memegang mawar itu.

“Kok Cuma senyum? Di terima dong mawarnya..” Ify mengambil mawar ungu itu dari tangan laki-laki yang kini telah berpindah posisi menjadi di depannya. Laki-laki tu ikut tersenyum saat gadis itu menerima mawar pemberiannya.

“Kamu masih ngaperin dia ya?” Ify kembali menatap laki-laki di depannya ini.

“Apaan sih!”

“Kok ngeliatin dia perginya gitu banget?”

“ih.. siapa lagi yang ngeliatin dia. Aku Cuma kasian aja sama dia”

“Kasian?”

“Iya. Kasian, kok dia gak bisa seberuntung kamu ya?”

“Seberungtung aku?” laki-laki itu mengerutkan kening.

“iyaa.. kamu kan bisa depetin aku sedangkan dia engga..” gadis tu terkekeh melihat ekspresi yang diberikan laki-laki di depannya ini. laki-laki itu hanya menggelengkan kepala lalu menggenggam jemari Ify dan mengajaknya pulang.

“Eh, aku masih penasaran soal mawar yang kamu kasih buat aku”

“yang mana?”

“Itu loh yang mawar merah terus di tengahnya ada mawar ungu. Kenapa harus ada mawar ungunya sih?”

“Lho, emang kamu terima?”

“iya dong. Mama bilang dia nemu bunga itu di teras. Aku tau itu dari kamu” laki-laki itu menggeruk tengkuk kepalanya lalu menyengir lebar. “Artinya apa?”

“emm.. apa ya? Aku baca di internet, kalau mawar merah itu biasanya digunakan untuk perasaan cinta pada seseorang.. kalau mawar ungu itu melambangkan kesempurnaan dari sebuah pesona. Kanapa aku simpennya di tengah? Karena aku mau mawar itu jadi penyempurna mawar-mawar yang lain, seperti kamu yang jadi penyempurna hidupku..”

Ify tersipu malu. Cinta memang tak pernah salah. Yang tetap menyimpan hatinya  pada orang yang tepat. Tak seperti manusia yang tak mungkin tak berbuat kesalahan.

SELESAI

1 komentar:

  1. Ini tamat?!?!?!?! Bikin jantungan(?) walaupun ngga sama alvin, tp gabriel udh bisa buktiin klo dia bener2 sayang sama ifyy.. Ah keren bgt deh ceritanya. Aku tunggu cerita yg lain nya hehehe

    BalasHapus