Jumat, 13 Juli 2012

About Us [07] Rahasia..


About Us [07] Rahasia..

Dengan santai Rio melangkah masuk ke dalam rumahnya. Di jari telunjuknya, kunci motornya berputar sesuai dengan gerakan telunjuk Rio. Rumahnya tampak sepi. Ya, tentu saja. Orang tuanya memang sedang pergi  dan baru akan pulang beberapa hari ke depan.

“Mbak, Shilla udah pulang?” Sambil membuka pintu kulkas, Rio menunggu jawaban untuk pertanyaannya itu. Rio membawa sebotol besar air mineral, membawa galas dan menuangkannya.


“Udah Yo. Di atas kayaknya..” Rio hanya mengangguk, lalu kembali menyimpan botol besar itu di dalam lemari pendingin yang entah sejak kapan biasa di sebut kulkas itu. Ia sempat tak percaya saat Shilla bilang akan pulang sendiri.

“Rio ke atas ya Mbak..” Mbak Siti, yang bertugas membantu di rumah itu pun mengangguk dan tersenyum pada Rio. Umur mereka memang hanya terpaut beberapa tahun saja. Sehingga ia bisa dengan mudah akrab dengan Shilla atau pun Rio.

Masih dengan langkahnya yang santai, Rio segera naik ke lantai dua. Kamarnya –dan kamar Shilla- berada di lantai dua rumah itu. Rio kembali memutar kunci motornya di jari telunjuknya. Iseng, Rio melirik kamar Shilla yang sedikit terbuka. Hanya melirik, kemudian ia kembali berjalan menuju kamarnya yang terletak di damping kamar Shilla.

Tiba-tiba kakinya berhanti tepat di depan pintu kamarnya. Eh? Dia siapa? Rio tersadar, ia melihat seorang perempuan di kamar adiknya itu tadi. Itukah Shilla? Tapi rambutnya terlihat lebih pendek dari rambut Shilla.

Penasaran, Ro melangkah mundur dan kembali mengintip ke dalam kamar Shilla. Memang benar ada seorang perempuan disana. Dan bukankah itu Ify? Ify ada di rumahnya? Yang benar saja!

Rio mengucek matanya, ia kembali mengintip lewat celah yang sedikit itu. Takut-takut ia salah lihat. Dari tadi kan pikirannya memang tertuju pada gadis itu. Tapi, apa separah itu sampai ia harus berhalusinasi ada Ify di dalam kamar Shilla? Tapi Rio hafal betul model rambut itu. Walau terlihat dari belakang, Rio lebih dari kenal dengan penampilan gadis yang selalu mengikat hatinya itu.

“Yo..” Ia langsung terlonjak kaget saat tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya. Ia menoleh dan mendapati Shilla ada di belakangnya.

“Shilla.. elo ngagetin aja deh!” Shilla malah tersenyum. Ia memang sudah menunggu kedatangan Rio sejak tadi. Tentu saja ia ingin memperlihatkan Ify yang berada di dalam rumah mereka.

“Kenapa Yo?” Shilla masih saja menggoda kakaknya. Rio menunjuk-nunjuk kamar Shilla. Sebenarnya Shilla tau apa yang di maksud Rio. Tapi gadis itu malah diam saja. Tersenyum menggoda tanpa memberikan jawaban yang pasti.

“Itu??”

“Itu? Itu apa sih Yo?” Rio menggaruk tengkuk kepalanya. Merasa tak akan mendapatkan jawaban pasti dari Shilla, laki-laki itu memutar badannya kembali untuk memastikan siapa yang ada di dalam kamar adiknya itu.

“Itu memang dia Yo. Tapi sorry ya, sekarang waktunya buat cewek.” Shilla mendorong pelan pundak Rio lalu menutup pintu kamarnya. Entah apa ekspresi Rio di luar sana. Ia hanya tersenyum lalu kembali menghampiri Ify.

***

Besoknya..

Shilla mendadak panik. Ia memegang erat tali tasnya. Ingin sekali ia tidak masuk sekolah hari ini. Suasana sekolah terasa begitu berbeda. Semua mata terasa memandanginya dengan tatapan tajam, seperti ingin memakannya.

Padahal semua itu sama sekali tak terjadi. Sekolahnya tetap sama, tatapan orang-orang pun sama sekali tak tertuju padanya. Mungkin hanya beberapa orang saja yang memang mengenalnya dan ingin menyapanya hari ini.

“Yo, kok gue jadi mendadak parno gini sih ketemu orang-orang?”

Rio melirik Shilla. Terlihat sekali wajahnya yang tak setenang biasanya. Shilla memang tak terbiasa untuk menyembunyikan sesuatu. “Udah lah Shil. Kalau elo terus pasang tampang kayak gitu, orang-orang malah makin penasaran.”

Mungkin memang sedikit membantu. Tapi Shilla sama sekali tak bisa seperti itu. Apa yang sedang dirasakannya pasti akan tergambar langsung di wajahnya.

“Yo, apa gue gak usah sekolah aja?”

“Huss!” tolaknya langsung. Shilla tau, permintaannya ini tak akan pernah terkabul. “Nanti gue bilang apa sama mama papa kalau mereka tau elo bolos sekolah?”

“Tapi Yo..”

“Udah lah. Lo pasti bisa. Asal jangan pasang tampang kayak tadi, elo pasti gak akan dicuriga.” Akhirnya Shilla mengangguk dan sedikit memaksakan senyumnya. Ia tau ini tak akan pernah mudah. “Nanti istirahat elo cepet ke kelas gue aja.” Shilla kembali mengangguk. Tak terasa mereka sampai di depan kelas Shilla. Shilla melambaikan tangannya melepas Rio yang masih harus berjalan beberapa kelas lagi.

Shilla membuang nafas berat. Satu orang yang tak ingin ditemuinya hari ini. Prissy.

***

Entah bagaimana akhirnya Ify hanya bisa diam di dalam kamar besar bernuansa hijau muda ini. Kamar ini memang terasa nyaman. Terlihat sekali pemiliknya tak akan pernah ke kurangan apa pun.  Bisa di pastikan pula kehidupan pemilik kamar ini pun pasti sangat terjamin.

Ify baru tau kemarin, ternyata dugaannya selama ini salah. Rio bukanlah sepupu Shilla, melainkan kakak Shilla. Ia memang sempat heran, tapi keheranannya itu tak terlalu ia pedulikan karena memang ia sama sekali tak peduli pada laki-laki itu.

Sudah hampir tujuh jam Ify dtinggalkan oleh pemilik kamar ini. Tentu saja ia merasa kebosanan. Semua penjuru kamar ini pun sudah berhasil mencuri perhatiannya dan mengundangnya untuk melihat-lihat. Nuansa hijau muda cerah di kamarnya sangat menggambarkan Shilla yang ceria. Selera Shilla memang sangat tergambarkan dengan semua barang-barang yang ada di dalam kamarnya.

Tok..Tok..

Ify terlonjak kaget. Terdengar pintu di ketuk dua kali. Matanya langsung beralih menatap jam digital di meja belajar Shilla. 13. 54. Apa itu Shilla? Kenapa juga gadis itu harus mengetuk pintu kamarnya sendiri? Apa mungkin gadis itu berpikiran Ify sedang ganti baju atau melakukan sesuatu yang tak pantas Shilla tau? Mungkin.

Akhirnya Ify berjalan menuju pintu dan segera membukannya.

Ify memutar lehernya ke kanan dank ke kiri. Tak ada siapa-siapa. Apa Shilla pernah mengatakan rumahnya angker? Seingatnya tidak. Walau memang  Shilla pernah mengatakan rumahnya angker, sepertinya Ify akan ragu untuk percaya. Rumah ini sangat terang. Lubang ventilasi pun dimana-mana. Mungkin kalau memang ada, mahkluk itu tak akan betah karena rumah ini selalu mendapat pencahayaan yang baik dan udara segar setiap harinya.

Ify mengangkat bahu. Mungkin tadi itu suara televisi dari bawah sana. Shilla pernah bilang, pembantunya yang masih muda itu senang menonton serial FTV siang-siang begini. Atau mungkin itu halusinasinya karena sejak tadi ia menunggu Shilla pulang. Kalau memang halusinasinya, sepertinya bukan karena ia menunggu Shilla. Tapi karena perutnya lapar? Tentu saja. Sejak Shilla pergi ke sekolah tadi pagi, ia belum keluar lagi dari kamar Shilla. Tak seucilpun makanan masuk ke dalam perutnya.

Merasa tak mungkin meminta makanan –karena merasa tak enak terus merepotkan keluarga ini-, Shilla memutuskan untuk meminta minum ke bawah.

Srettt…

Ify menghentikan langkahnya. Sepertinya kakinya tak sengaja mengenai sesuatu. Ify mendongak ke bawah. Didapatinya sebuah kotak kecil ,berwarna cokelat dengan pita ungu di atasnya, terletak tak jauh dari kaki kanan Ify.

Ify mengerutkan kening, setelah kotak itu berpindah ke tangannya. Ify membalik kertas putih yang sedikit terjepit oleh pita ungu yang cantk itu.

Kado cantik untuk Ify Cantik :)

Bibirnya membentuk lengkungan manis, walau sebenarnya ia masih bingung. Kotak ini untuknya? siapa yang menyimpan di sini? Tak ada seorangpun yang tau dirinya ada di rumah ini selain Shilla dan Rio –tentunya pembantu Shilla dan Rio tau Ify ada di sini-. Apalagi, kotak itu langsung di simpan di depan kamar Shilla.

Kalau memang ini untuknya, tak salah kan bila Ify membuka kotak itu? Mungkin saja pengirimnya meninggalkan identitasnya di dalam.

Cantik..

Itulah yang pertama hadir di benak Ify. Dengan senyum yang masih mengembang, Ify mengelus lembut salah satu kelopak bunga palsu dengan jari telunjuknya. Bunga mawar palsu dengan sentuhan warna ungu mengkilat itu berhasil merebut perhatiannya.

Tentu saja sebagai seorang perempuan, Ify tersanjung melihat benda secantik itu di hadiahkan untuknya. Entah mengapa tiba-tiba pipinya merona. Ify tak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Ify tak pernah mendapat sesuatu yang spesial selama ini. Ia tak pernah merasa sespesial ini

Ify benar-benar tak bisa berkata-kata lagi saat melihat jepit rambut yang menempel di belakang mawar tadi. Sebuah jepit rambut. Ify suka semua yang berhubungan dengan jenis jepit yang bisa menghias rambutnya. 

Namun tiba-tiba senyumnya memudar. Wajahnya terlihat muram. Kembali ia mengingat siapa yang mengetahui dirinya ada di rumah ini. Shilla dan Rio. Ify yakin bukan Shilla yang mengirimkan japit rambut itu padanya. Apalagi pembantu Shilla yang tak akan mungkin kurang kerjaan memberinya jepit rambut. Hanya Rio yang punya kemungkinan itu.

Ify kembali menyimpan jepit mawar cantik itu ke dalam kotaknya lalu menutup kembali kotak itu. Kalau memang ini dari Rio, Segera mungkin Ify akan mengembalikannya.

***

Dengan langkah lebar Rio segera menuruni tangga. Senyumnya tak bisa lepas saat baru saja Shilla memberi tahunya bahwa Ify menunggunya di dekat kolam. Apa Ify sudah menerima jepit rambut pemberiannya?

Sampai di anak tangga terakhir, Rio memegang dadanya. Eforia seperti ini memang sangat menyenangkan. Rio tak pernah menyangka, akan bertemu Ify saja jantungnya akan berpacu secepat ini.

Siluet gadis cantik itu mulai terlihat di balik gorden kuning yang menutupi pintu kaca menuju kolam. Rio menghela nafas, lalu kembali berjalan menghampiri Ify. Kini gadis itu berdiri membelakanginya tepat di depan Rio.

“Fy..” ragu Rio akhirnya memanggil gadis itu setelah lama ia berdiam memandangi punggu gadis itu. mungkin Ify tak mendengar langkahnya dan tak menyadari kedatangannya.

Tak lama, Ify menoleh. Rio tersenyum manis sekali. Terlihat kotak yang tadi rio simpan di depan kamar Shilla ada di tangan Ify. Ify sudah menerima hadiahnya.

“Elo suka?” Ify langsung saja melirik kotak yang sedari tadi di pegangnya. Rupanya memang laki-laki ini yang mengirimnya.

Rio benar-benar tak bisa berbuat apa-apa. Tangan kanannya kini di tarik Ify.

“lo Cuma buang-buang duit.”

***
Yee.. gak ngaret kan :D aku gak tau nanti kalau udah masuk sekolah bakal cepet ngepostnya atau engga. Mumpung masih libur, aku post deh :D gimana sama part 7 nya? Makasih ya yang udah mau baca :)
Jangan lupa kritik dan sarannya yaa :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar