Minggu, 08 April 2012

Salah (Cerbung.bag11)


“jadi, kamu suka gak tempatnya?” dengan senyum mengembang di bibirnya, pemuda itu memandang gadis yang duduk di depannya ini. alisnya berkerut dan senyumnya dengan sekejam memudar saat mendapati gadisnya itu malah asik mengaduk-aduk saus di piring makangannya. Gabriel menghela nafas.


“Fy..” dengan tangan kirinya, ia menyentuh dagu gadis itu dan memaksanya untuk melihat padanya.

“Emm.. kenapa Gab?” Ify menyentuh punggung tangan Gabriel, menurunkan dari dagunya tanpa melepaskan dari genggaman tangannya.

“kamu kenapa?” Tanya Gabriel lembut. Ify berniat membuka mulutnya, namun ragu. Ia hanya menggelang. “Kamu sakit?” Ify menggelang.

“Eh,, makanannya enak ya? Aku suka banget tempatnya” Ify tersenyum. Tangannya masih menggenggam tangan Gabriel dengan manja. Laki-laki itu pun ikut tersenyum. Ia tau, gadisnya ini sedang mengalihkan pembicaraan mereka. dengan tangannya yang masih terbebas, ia mengusap punggung tangan Ify yang menggenggam tangannya. ia hanya berharap, suatu saat nanti, gadis ini bisa lebih terbuka padanya.

“kalau gitu, cepet abisin makanannya, udah sore. Aku harus anter kamu pulang” Ify pun mengangguk. Gabriel kembali menarik kedua tangannya dan melipatnya di atas meja. Ia kembali teringat, percakapannya dengan Cakka saat istirahat sekolah tadi.

“Ade gue itu masih labil. Dia baru sekali pacaran loh Gab”

“Oh ya? Berarti gue pacar ke duanya dong?”

“Bukan, maksud gue bukan gitu. Elo pacar pertamanya. Dan elo perlu tau, Ify itu udah kagum sama lo dari dulu-dulu. Dari pertama dia nginjek sekolah mungkin. Soalnya, pas hati terakhir MOS, gue udah nemuin dia sering senyum-senyum sendiri. Sampe akhirnya gue tau, elo yang bikin dia kayak gitu”

“Oh ya?” Gabriel sama sekali tak menyangka Ify, gadisnya ini telah mengaguminya sejak jauh-jauh hari. Gabriel tersenyum, hidungnya berasa hilang, terbang terbawa kalimat yang baru saja keluar dari mulut Cakka.

“Tapi, elo perlu tau Gab. Ify udah kenal Alvin sejak Alvin jadi temen gue kelas satu SMP dulu”

“ya,, pantes aja Alvin sama Ify akrab banget” walaupun sedikit heran, Gabriel berusaha sebiasa mungkin. Tumben sekali Cakka tak pergi ke kantin, tiba-tiba membicarakan Ify. Dan akhirnya nama Alvin pun dia bubuhkan. Yang Gabriel tau, Alvin satu-satunya laki-laki (selain dirinya) yang dekat dengan Ify di sekolah.

“mungkin Ify udah anggap Alvin sebagai abangnya sendiri. Sama kayak gue, tapi Alvin? Gue, Ify atau siapapun gak tau gimana Alvin yang sebenarnya” Cakka menghela nafas. Lalu memutar kepalanya, melihat sekeliling ruang kelasnya. Ia tak mau ada yang menguping permbicaraannya dengan Gabriel. ia tak mau ada yang mendengar  dan beranggapan tak sama dengan apa yang dibicarakannya.

Setelah meresa aman, Cakka kembali pada Gabriel. “mungkin Ify gak cerita ke elo. Gue tau, ini privasi dia. Gue juga bukannya mau ngerusak hubungan kalian. Tapi, kalau memang elo sayang Ify tulus, lo pasti bisa ngambil tindakan yang benar”Gabriel mengerutkan dahi. Apa maksudnya? Ify, Alvin? Mungkinkah ada hubungannya dengan hari kemarin? Yang ia tau, Ify dan Alvin ada di tempat yang sama kemarin sore.

“apa ini ada hubungannya sama Alvin?” Cakka mengangguk.

“kemarin, Ify cerita. Ify bilang, Alvin bilang sayang sama dia”Gabriel mengerutkan keninig. Mengunggu kalimat lanjutan dari kakak gadisnya ini. “Ify bilang dia udah punya elo. Alvin berubah. Dia ninggalin Ify, terus dia nelfon gue untuk jemput Ify. Pas gue dateng, Alvin keliatan ancur banget. Dan ternyata Ify juga” Gabriel tersenyum miring. Ia mulai bisa menebak arah pembicaraannya kali ini.

“elo ngerti maksud gue kan Gab?” Gabriel mengangguk. “Dia masih labil. Umurnya masih 16 tahun. Kapan aja dia bisa pindah ke lain hati. Apalagi, setelah liat reaksi Ify saat Ify tau Alvin juga sayang sama dia” Gabriel kembali tersenyum getir.

“Gue gak akan ngekang Ify. Kalaupun memang ternyata Ify punya rasa yang lebih buat Alvin, dia boleh pergi. Tapi gak akan segampang itu. Sampa Ify tetep anggap gue sebagai pacarnya, gue akan tetap berusaha jadi yang terbaik buat dia. Berusaha untuk jaga hatinya. Tapi, kalau memang Ify sendiri yang minta dan gak percaya lagi untuk gue jadi cowok dia. Gue akan mundur”

Getaran di saku celananya, membuyarkan lamunannya. Dengan cepat, Gabriel merogoh saku celananya. Sebuan pesan masuk. Gabriel membukanya, lalu memandang Ify yang masih asik menghabiskan makanannya. Gabriel memasukan kembali handphonenya dan menatap gadis di depannya ini dengan menopang dagu pada kedua tangannya.

Merasa di perhatikan, Ify mempercepat mengunyah makannanya. Setelah di telan, ia mendongak, dan mendapati Gabriel sedang memperhatikannya dengan bertopang dagu.

“Apaan sih ngeliatin aku kayak gitu?” Tuukkk.. Ify memukul pelan kepala Gabriel dengan ujung pegangan garpu nya. Gabriel sedikit meringis, lalu mengusap lembut puncsk kepala Ify.

“Kamu cantik..” katanya sambil tersenyum. Ify membatalkan niatnya untuk memasukan makanan yang ada di sendoknya ke mulutnya. Pipinya memerah, ia pasti sudah tersedak bila makanan tadi sudah bersarang di mulutnya.

“Sorry kalau selama ini aku sering bikin kamu marah” senyum di bibirnya memudar. Entah mengapa Ify menjadi merasa bersalah. Melihat senyum di bibir Gabriel membuat hatinya semakin perih. Gabriel laki-laki yang baik hati, tapi dengan seenaknya ia memikirkan laki-laki lai saat ia sedang bersama dengannya.

“aku gak pernah bisa marah sama kamu Gab” jawabnya jujur.

“Udah selsai kan? Yu aku anter kamu pulang, aku harus jemput mama di kantor” Gabriel berdiri, lalu mengulurkan tangannya. Ify diam, tak berniat membalas uluran tangan Gabriel.

“Lho? Kenapa?”

Ify menggeleng. “kamu di tungguin mama kamu?” Gabriel mengangguk. “Aku pulang sendiri deh. Gak papa kok. Mama kamu nunggu lama lagi”

“Eh,, kok gitu? Enggak! Aku tetep anter kamu pulang!” Gabriel menarik lembut pergelangan tangan Ify. Ify berjalan dengan langkah agak terseret karena langkah Gabriel yang lebar dan cepat.

“Santai dong Gab” Ify menarik pergelangan tangannya. “udah, aku pulang sendiri aja gapapa kok. Kamu juga bukan ojek aku kan”

Gabriel berbalik, bermaksud meminta maaf pada gadisnya itu. Baru saja berbalik, alisnya berkerut. Ia tersenyum miring.

“kamu nyuruh aku cepet pulang, kamu janjian sama orang lain?” Ify Nampak bingung. Nada bicara Gabriel lebih tinggi dari sebelumnya.

“kok kamu jadi marah sih?”

“tuh, orang yang kamu tunggu datang.”

***

Dukkk

“Auuwww”

krusak krusuk terdengar dari kolong meja belajar Shilla. Gadis itu berusaha keluar dari kolong meja belajarnya sambil memegangi kepalanya yang beradu dengan meja kayu dari jati itu. Nasib baik memang sedang menjauhi dirinya. Sudah susah mencari proposal yang dulu pernah dibuatnya, kepalanya malah beradu dengan meja. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula.

Shilla mulai bingung. Proposal itu harus diserahkan besok pagi. Shilla tidak bodoh, mencari-cari hard file proposal yang pernah dibuatnya, masalahnya soft file proposal itu disimpan di flashdisk Shilla yang minggu lalu kecemplung di gorong-gorong depan rumahnya.

Shilla duduk di atas tempat tidurnya. Ia menggaruk kepalanya. Kepana lagi ia harus mencari? Seluruh penjuru kamar sudah ia jelajahi. Masalahnya ia tak sama sekali mengerti tentang proposal dan lain-lain.

Shilla berfikir keras, beberapan saat kemudian ia tersenyum dan segera meraih handphonenya.

To : Kak Cakka
Ka, bisa tolongin aku?

Shilla menggeleng. Ia mengurungkan niatnya untuk mengirim pesan itu pada Cakka.

gini deh Shil. Elo caba jauhin Cakka. elo jangan minta bantuan apa pun sama Cakka. kalau ternyata elo kangen sama dia, berarti elo emang butuh Cakka karena elo sayang sama dia, bukan elo sayang dia karena elo butuh sama Cakka

mungkin ia akan menuruti saran sahabatnya itu. Shilla kembali menghapus deretan huruf yang tadi di tulisnya dan menggantinya dengan teks yang baru dan tujuan hang baru.

To : Zahra
Raaaa… gue butuh bantuan lo. Lo buatin gue proposal dong.

Send

Proposal apa sih?
Sender : Zahra

To: Zahra
buat yang acara baksos itu loh. Gue gak ngerti beneran. Lo bisa kan? Entar gue imelin ya data datanya. Thanks Zahra :*

Send

Shilla tersenyum lega. Andai saja dulu ia ikut andil dalam pembuatan proposal itu. Pasti tak akan apa yang tertiban sial karena pelupanya ini. Shilla tersenyum miring. Cakka. pemuda itu selalu saja membuat dirinya menjadi istimewa. Membuat dirinya tak pernah meresakan kekurangan.

Shilla mengecek kotak masuk di handphonenya. Ternyata, saat Shilla sibuk mencari proposal itu, banyak pesan yang masuk ke kontak masuknya.

9 pesan baru. 1 pesan dari Riko, dan 8 pesan lainnya, dari Cakka..

Cakka.. ah, laki-laki itu memang tak pernah hilang dari pikirannya.

Shil, besok siang ada acara?
Sender : Cakka

Shilla menahan nafas. Tiba-tiba dadanya terasa sesak. Delapan pesan itu isinya sama. sejak terakhir bertemu dengan Cakka, ia tak pernah membalas pesan dari Cakka. bila Cakka menelfon pun, dibiarkan handphonenya berdering sampai telfon itu mati.

To : Kak Cakka
maaf, besok aku ada kerja kelompok

Send

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar