Kamis, 05 April 2012

Salah (Cerbung.bag10)


“Fy..” Cakka menyentuh pelan pundak adiknya yang ia dapati sedang duduk menenggelamkan wajahnya dangan tangan yang memeluk kedua lututnya. Tubuh Ify terasa bergetar saat Cakka menyentuh pundak gadis itu.

Cakka ikut duduk di sebelah Ify. Ia hanya bisa menarik tubuh gadis itu agar ada dalam pelukannya. Sebenarnya ia tak mengerti mengapa adiknya ini bisa jadi begini. Sejak Gabriel menanyakan keberadaan Ify padanya, Cakka mulai cemas. Kemana gadis itu? Namun, saat Alvin menelfonnya dan meminta Cakka untuk datang ke tempat ini, ia langsung saja menurut. Saat bertemu Alvin dibawah, laki-laki itu terlihat begitu nelangsa. Apa yang sebenarnya terjadi?


“pulang yu? Gabriel khawatir banget sama elo” Cakka mengusap lembut rambut Ify.

Ify sedikit mendongak. Kenapa kakaknya bisa ada disini? Kemana Alvin? Ify menghapus air matanya, yang entah sejak kapan mulai membasahi pipinya, lalu tersenyum. Cakka pun sedikit lega.

“pulang yuk?” Tanya Cakka sambil melepaskan rangkulannya pada adiknya itu. Di usapnya pipi Ify, membersihkan jejak-jejak air mata yang tadi tak sempat terhapus oleh adiknya itu. Ify mengangguk. Lalu Cakka kembali tersenyum.

“Gabriel tadi ke rumah. Dia khawatir banget sama elo” Ify berdiri, dibantu Cakka.

“Gabriel ada di rumah?”

“Enggak. Tadi dia udah pulang setelah tau elo sama Alvin” Ify lega. Setidaknya hari ini ia tak berlu bertatap muka dengan Gabriel. apalagi dengan keadaannya yang seperti ini.

***

Cakka mengambil gelas lalu diisi gelas itu dengan air mineral dari dispenser. Memang sudah kebiasaannya untuk membawa segelas air mineral sebelum tidur ke kamarnya. Cakka memutar pandangannya. Ia sedikit mengangkat alis, lalu melihat ke arah jam dinding yang tergantung di permukaan dinding dapur rumahnya.

“Ada orang diluar?  Inikan udah malem banget” Cakka mendekati pintu kaca yang menghubungkan bagian dapur rumahnya dan sebuah kolam ikan yang ada di belakang rumahnya. Ia menggeser pintu kaca itu agar terbuka lebih luas. Ternyata benar. Ada orang disana.

“hey, ngapain lu disitu malem-malem?”

*

Ify menggeser pintu kaca menuju kolam ikan yang terletak di bagian belakang rumahnya. Ify melangkah keluar, lalu duduk di tepi kolam. Ia menghela nafas, lalu memeluk lututnya. Sejak Cakka menjemputnya tadi, ia tak pernah sedikitpun merasa tenang. Mengapa ia tak bisa menjalankan amanat Alvin? Mengapa ia tak bisa mengabulkan permintaan Alvin untuk menganggap kejadian sore tadi tak pernah terjadi?

“hey, ngapain lu disitu malem-malem?” Ify menoleh dan mendapati abangnya sedang berdiri di ambang pintu. Ify melengos, tak berniat sama sekali menjawab pertanyaan Cakka.

“hey, ini hampir jam 11. Lu ngapain sih? Masuk angin nanti lo” Ify meringis. Maksudhati ingin sendiri menenangkan pikiran, Cakka malah mengganggunya. Cakka melangkah mendekati Ify, lalu duduk di sebelahnya.

“Lu suka Gabriel?” Ify langsung menatap Cakka. apa maksud pertanyaan abangnya ini?


“Apa sih? Ya enggak lah..”
“terus kenapa elo mesti bingung? Elo kan emang sayangnya sama Gabriel. gue juga gak nyangka Alvin
suka sama elo” Cakka tersenyum samar. Seingatnya, selala ia berada di dekat Alvin, sahabatnya ini tak pernah sedikitpun menunjukan bahwa dirinya memang menyukai adiknya.

“gak segampang itu bang” jawab Ify. Gadis itu kembali menatap kolam ikan di depannya. “Kak Gabriel itu udah kayak abang gue sendiri. Apalagi dia sahabat elo kan. Gue gak mau kak Gabriel jadi berubah. Gue gak mau dia jauhin kita”

“ahhh.. gue gak ngerti kalau yang kayak ginian. Kok bisa-bisanya ada yang suka sama cewek macem lu..”

“Ihh.. elo bukannya ngasih solusi eh malah bikin gue tambah bingung. Mana pake ngeledekin segala lagi” Ify beranjak berdiri. sejurus kemudian, ia pergi meninggalkan Cakka.

“Kalau gue boleh usul ya,, elo gak usah khawatir tentang Alvin. Gue tau Alvin. Dan gue yakin, Alvin pasti ngerti dan dia gak akan jauhin kita” Ify pun hanya berlalu. Walau sebenarnya ia mendengarkan seluruh kalimat yang Cakka ucapkan. Mungkin Cakka memang benar. Alvin bukanlah seorang yang egois.

***

“Yuk..” Ify mengangguk lalu ikut berjalan beriringan dengan Gabriel. sampai di persimpangan koridor yang menghubungkan koridor menuju kelas X , XI , dan XII mereka berpisah.

“Nanti siang kamu tunggu aku sebentar gimana? Aku ada perlu sebentar. Nanti kita makan siang di luar mau?” Ify hanya mengangguk. Perasaannya belum juga membaik sejak kemarin. Setelah Gabriel mengisyaqratkan dirinya untuk pergi terlebih dahulu, Ify pun berlalu menuju kelasnya.

“aaaaaaaaaa…. IFYYY … gue senengggggg bangetttttt..” gadis itu terkejut dan hanya bisa memejamkan matanya saat tiba-tiba dirinya di peluk Sivia, teman satu mejanya. Setelah pelukannya di lepas, tanpa menghiraukan Sivia Ify meneruskan langkahnya dan duduk begitu saja. Bukannya tak mau ikut senang dengan apa yang Sivia dapatnya, perasaan Ify saja masih tak menentu.

“Fy, elo gak penasaran apa gue kenapa? Elu sakit? Kok kayaknya elo gak semangat gitu?” melihat raut kecewa di wajah teman satu mejanya ini, Ify jadi tak enak sendiri. Ia menggeleng dan memaksakan untuk sedikit tersenyum.

“Gue gak papa Via. Kenapa? Elo kayaknya lagi seneng banget ya?” tanyanya.

Gadis itu tersenyum sendiri, mengingat kejadian tadi malam yang membuatnya jadi seperti ini. “Gue gak jomlo lahi!” katanya. Sivia tersenyum lebar. Ify malah mengerutkan kening. Apa? Gak jomlo? Berarti Sivia punya pacar baru?

“Sama siapa?”

“aaaa… pokoknya elo pasti gak nyangka dehh.. nanti pulang sekolah gue mau pulang bareng sama dia. Entar gue kenalin ya? Ehh elo udah kenal sih sebenernya”

“gue kenal? Siapa sih? Anak kelas berapa?” Sivia hanya tersenyum lebar, membuat Ify semakin penasaran yang kali ini memang penasaran. Ia mengenalnya? Siapa?

“udahh.. mangkannya nanti pulang sekolah elo gue kenalin. Oke?”

***

“hujan.. elo pulang sama siapa?” gadis cantik itu menurunkan tangannya dari udara dan menariknya kembali ke sisi tubuhnya. Ia kembali duduk bersama teman satu mejanya di sebuah bangku panjang yang ada di depan kelas mereka.

“Sendiri”
“tumben. Gak minta jemput sama siapa tuh? Cakka ya?”
Shilla tersenyum samar. Cakka. ia tak perbah bertemu dengan Cakka lagi sejak di café sewaktu Ify mentraktir makan Cakka dan dirinya. Pesan singkat dan telfon dari Cakka pun sering ia abaikan.

 “Enggak.. lagian, dia bukan supir gue kali” katanya sambil menggeleng.

“lo pacaran gak sih sama dia?” Shilla mengangkat bahu. “lho? Kok elo gak tau sih. Jangan bilang elo Cuma manfaatin cowok sebaik dia” hatinya mencelos. Entah mengapa ia sedikit tersindir dengan kalimat yang baru saja dilontarkan teman satu mejanya ini.

“Shil, di sekolah elo deket sama Riko. Tapi diluar sekolah, malah elo lebih deket sama Cakka. elo harus pilih satu diantara mmereka Shil. Elo gak boleh egois, elo gak boleh jadi cewek PHP”

“gue gak kasih Riko harapan kok. Dianya aja yang deketin gue” sangkalnya, tak terima dengan ucapan Zahra, teman satu mejanya ini. keduanya lalu terdiam.

“sebenarnya Cakka udah nembak gue seminggu lalu” lirihnya, memecah keheningan yang sempat terjadi di antara mereka.

“terus?” Shilla sekali lagi mengangkat bahu. “Lho?  Elo gantungin Cakka?” Shilla mengangguk. “Elo aneh Shil! Cowok seganteng dan sebaik Cakka elo gantungin?”

“gak segampang itu Ra. Gue takut gue sayang dia karena gue butuh dia. Elo tau kan Cakka selalu ada buat gue disaat gue butuh bantuan. Gue takut gue Cuma manfaatin Cakka”

“ckckckc” Zahra menggelang. Ini nih susahnya kalau sudah begitu ketergantungan meminta bantuan orang lain. “gini deh Shil. Elo caba jauhin Cakka. elo jangan minta bantuan apa pun sama Cakka. kalau ternyata elo kangen sama dia, berarti elo emang butuh Cakka karena elo sayang sama dia, bukan elo sayang dia karena elo butuh sama Cakka” Shilla mengangguk samar.

***

“mana? Kok gak dateng-dateng sih?”

“Sabar kenapa? Elo juga nunggu kak Gabriel kan?” Ify sedikit mengangguk lalu memutar kepalanya melihat keseluruh penjuru mencari seseorang yang ia kenali yang mungkin menjadi pacar baru temannya ini. ia tak menamukan seorangpun yang dicurigainya sebagai pacar baru Sivia. Namun, matanya sedikit menyipit saat melihat laki-laki jangkung berkulit putih berjalan ke arah mereka berdua. Jantung Ify tiba-tiba saja berdegup lebih kencang. Ia tak sanggup harus bertemu dengan Alvin setelah kejadian kemarin.

Seluruh tubuhnya tiba-tiba saja bergetar dan tersara dingin saat Alvin semakin dekat dengan dirinya. Ify menahan nafasnya, agar terlihat sebiasa mungkin. Ternyata dugaannya benar. Kini laki-laki itu tengah berdiri di hadapan mereka berdua.

“hai Fy..” sapa Alvin. Ify hanya membalasnya dengan sebuah senyuman. Ia sedikit lega, saat melihat keadaan Alvin yang terlihat seperti biasa. Mungkin Cakka memang benar. Alvin bukan laki-laki yang egois.

“Kok belum pulang?”

“Eh mmm.. nunggu Gabriel. Katanya, ada urusan sebentar. Hehehe... eemm kakak ngapain kesini?”

“Gue? Jemput cewek gue dong” Ify mengerutkan kening. Perasaannya sudah tak enak. Mungkinkah pacar baru Sivia ini adalah Alvin?  Terlebih, mengingat kata-kata Sivia tadi pagi. Ehh elo udah kenal sih sebenerny.

“ini cowok gue Fy.. elo kenal kan? Elo pasti gak nyangka yak an??” tiba-tiba saja badanya membeku. Dadanya sesak. Bukannya baru kemarin Alvin menyatakan perasaannya untuk Ify? Melihat Alvin yang juga tersenyum seolah tak pernah ada yang terjadi di antara mereka kemarin, membuat seluruh tubuhnya lemas.

“Fy,, elo kenapa?” Sivia menggerakan telapak tangannya di depan wajah Ify, membuat gadis itu sedikit tersadar dan memaksa untuk tersenyum.

“eh hmmm.. se.. selamat ya Vi, kak Alvin. Gue gak nyangka ternyata sahabat abang gue ini suka sama sahabat gue” katanya sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan kedua pasangan baru yang ada di depannya.

“Ada apa nih? Salam salaman segala?” Ify menoleh. Dilihatnya Gabriel sudah ada di belakangnya. Ify mundur, menyamakan posisinya dengan Gabriel.

“Kak Alvin jadian sama Sivia. Gak nyangka yah?” Ify menjelaskan pada Gabriel. Gabriel pun sama terkejutnya dengan Ify. Namun bedanya, Gabriel benar-benar memberi selamat pada mereka dengan perasaan yang benar-benar senang. Tak dibuat-buat seperti yang Ify tunjukan di depan mereka.

“pajak jadiannya jangan lupa ya Vin. Gue sama Ify duluan ya..” Ify meraih tangan Gabriel dan segera menggenggamnya erat. Entah mengapa ia tak suka dengan kabar baik yang datang dari sahabatnya ini.

***
Yeeeeeee… part 10 selesai \(^^)/
Gimana gimana? Pasti gak jelas ya? Haha.. ini lebih panjang dari biasanya lohh..
Makasih buat yang udah baca :)  semoga gak mengecewakan ya? Jangan lupa kasih kritik dan sarannya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar